ADS

loading...
Showing posts with label Kimia Sehari-Hari. Show all posts
Showing posts with label Kimia Sehari-Hari. Show all posts

Saturday, February 16, 2019

PEMISAHAN KATION GOLONGAN I, II, III, IV, DAN V


    1.      Proses pemisahan kation antar golongan
Pemisahan kation-kation antar golongan dapat dilakukan dengan memberikan variasi reagensia yang digunakan. Variasi reagensia yang digunakan didasarkan atas kelarutan yang selektif dari kation-kation. Dengan pemvariasian reagensia maka kita akan dapat menggolongkan kation-kation berdasarkan kesamaan sifat selektifitas kation tersebut terhadap reagensia.
 Untuk dapat memisahkan kation golongan I dari kation golongan lainnya dapat dilakukan dengan jalan penambahan HCl encer. Penambahan HCl encer ini bertujuan untuk mengendapkan kation-kation golongan I, sehingga kation golongan I terpisah dari kation-kation lain yang tidak terendapkan ketika ditambahkan HCl encer.

PROSES PENCEMARAN



Interaksi toksikan/pencemar dengan organisme dapat dinyatakan sebagai proses toksikokinetik, yaitu proses uptake toksikan/pencemar, dilanjutkan proses distribusi, metabolisme, dan penyimpanan dalam tubuh organisme serta ekskresi dari tubuh organisme tersebut. Proses tersebut menarik untuk dipelajari karena menentukan tingkat safety dan risk suatu toksikan/pencemar. Sedangkan interaksi polutan dengan sel, jaringan atau organ, dalam bentuk respon toksik dinyatakan sebagai toksikodinamik.
Secara umum, proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran.

Friday, February 1, 2019

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DENGAN WET SCRUBBING


Wet scrubber adalah peralatan pengendali pencemar udara yang berfungsi untuk mengumpulkan partikel-partikel halus yang terbawa dalam gas buang suatu proses dengan menggunakan titik-titik air.
Pada pengolahan ini cairan umumnya air digunakan untuk menangkap partikel debu atau untuk meningkatkan ukuran aerosol. Partikel halus berukuran 0,1 sampai 20 mikron dapat disisihkan secara efektif dari gas pembawa menggunakan wet collector. Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut disemprotkan air turun ke bawah. Venturi Scrubber menghilangkan partikel debu dan kontaminan gas tertentu dari gas aliran dengan memaksanya melewati aliran cair, menghasilkan cairan yang teratomisasi. Tinggi kecepatan diferensial di antara gas kotor dan cairan droplets menyebabkan partikel bertumbukan, kemudian akan berkelompok untuk membentuk tetesan yang lebih besar. Terakhir, tetesan cair tersebut dilemparkan pada dinding alat pemisah dan gas bersih pun dikeluarkan melalui puncak scrubber.

Tuesday, January 29, 2019

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH B3 DENGAN FLOTASI



Flotation (flotasi) berasal dari kata float yang berarti mengapung atau mengambang. Flotasi dapat diartikan sebagai suatu pemisahan suatu zat dari zat lainnya pada suatu cairan/larutan berdasarkan perbedaan sifat permukaan dari zat yang akan dipisahkan, dimana zat yang bersifat hidrofilik tetap berada fasa air sedangkan zat yang bersifat hidrofobik akan terikat pada gelembung udara dan akan terbawa ke permukaan larutan dan membentuk buih yang kemudian dapat dipisahkan dari cairan tersebut. Secara umum flotation melibatkan 3 fase yaitu cair (sebagai media), padat (partikel yang terkandung dalam cairan) dan gas (gelembung udara).

Tuesday, January 22, 2019

A NEW NATURE-HUMAN RELATIONSHIP



A critical environmental education consists of developing, not only among youth, but the population in general, the capacities to analyze educational propositions regarding the environment and dominant environmental discourses to decode hidden ideological orientations, the beliefs and interests that direct them, and which implicitly tend to reproduce the practices that are nevertheless the ones that would be necessary to shift to a different kind of relationship between nature and human beings. The reference to science and technological transfers as the main answer to defining and correcting the problem is insufficient to correct a situation that requires that humans also question the philosophic foundations, sociological, political, and economic dimensions of the regulation of climate. To reproduce the same economic logic is denounced by many as incapable of correcting the shameless exploitation of nature and human beings that are at the heart of the environmental crisis.

Saturday, January 19, 2019

ENVIRONMENTAL EDUCATION AND SUSTAINABILITY



The fourth report of the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), published in February 2007, confirms the reality of global climate change. Some scientists have pointed to the uncertainties and the inevitable limits of the climatic modeling, and other researchers question the ascendancy of scientist’s analyses of the question in the public sphere. They assert that sociopolitical analyses should lead scholars to question the neo-liberal model of society, with its faith in technical progress, as well as the inequitable sharing of the wealth which ensues from it, according to Scott Lash, et al. The consensus of the IPCC experts has strengthened over the years, and concludes that the production of greenhouse gas of human origin is an important cause of global warming.

Wednesday, January 9, 2019

ENVIRONMENTAL CHEMMISTRY



Environmental chemistry is the study of the sources, reactions, transport, effects, and fates of chemical species in the water, air, terrestrial, and living environments and the effects of human activities thereon. Some idea of the complexity of environmental chemistry as a discipline may be realized by examining, which indicates the interchange of chemical species among various environmental spheres. Throughout an environmental system there are variations in temperature, mixing, intensity of solar radiation, input of materials, and various other factors that strongly influence chemical conditions and behavior. Because of its complexity, environmental chemistry must be approached with simplified models. This chapter presents an overview of environmental chemistry


TOXICOLOGICAL
CHEMISTRYAND  
BIOCHEMISTRY
THIRD EDITION



In order to understand toxicological chemistry, it is necessary to have some understanding of the environmental context in which toxicological chemical phenomena occur. This in turn requiresan understanding of the broader picture of environmental science and environmental chemistry,which are addressed in this chapter. Also needed is an understanding of how environmentalchemicals interact with organisms and their ecosystems, as addressed by the topic of ecotoxicology.
Environmental science can be defined as the study of the earth, air, water, and living environments, and the effects of technology thereon.1 To a significant degree, environmental science hasevolved from investigations of the ways by which, and places in which, living organisms carry outtheir life cycles. This is the discipline of natural history, which in recent times has evolved intoecology, the study of environmental factors that affect organisms and how organisms interact withthese factors and with each other.

Tuesday, September 4, 2018

ANALISIS DAMPAK METANA BAGI KEHIDUPAN



Metana merupakan gas yang terbentuk oleh adanya ikatan kovalen antara empat atom H dengan satu atom C. Metana merupakan suatu alkana. Alkana secara umum mempunyai sifat sukar bereaksi (memiliki afinitas kecil) sehingga biasa disebut sebagai parafin. Sifat lain dari alkana adalah mudah mengalami reaksi pembakaran sempurna dengan oksigen menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O) dengan reaksi:
CH4 (g) + O2 (g) à  CO2 (g) + H2O (g)
Metana merupakan gas yang tidak berwarna, sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Tetapi metana dapat diidentifikasi melalui indra penciuman karena baunya yang khas. Sebenarnya gas metana berada di sekitar kita. Beberapa di antaranya akan saya sebutkan di sini.

Tuesday, July 24, 2018

PERANAN BAHAN ORGANIK TERHADAP KESUBURAN KIMIA TANAH



Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK).
Bahan organik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KTK tanah. Sekitar 20-70 % kapasitas tukar tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus (contoh: Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KTK tanah (Stevenson, 1982). Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut termasuk kation hara tanaman. Kapasitas tukar kation penting untuk kesuburan tanah.

Monday, May 28, 2018

TEKNIK MENANAM DENGAN VERTIKULTUR


Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenagkan.

Friday, May 25, 2018

TOURISM AND GLOBAL WARMING


The relationship between tourism and global warming is a paradoxical one: global warming has become a threat to tourism, yet tourism remains a major cause of global warming. Tis vicious circle is well known to all stakeholders of the tourism industry, but implementing meaningful change has proven difficult because of three types of resistance: politico economic resistance (from policymakers in regions and countries that rely heavily on tourism as a source of income), commercial resistance (from the tourism industry itself), and sociocultural resistance (from tourists who are not ready to change their behavior).

Monday, May 21, 2018

GREEN CHEMISTRY


There are many ways in which chemistry has helped to reduce CO2 emissions and helped adaptation to a changing climate. Iron fertilization experiments aim to reduce the concentration of atmospheric CO2 by promoting the growth of phytoplankton in oligotrophic regions of the ocean, where primary production is supposedly limited by the iron supply, such as in the Southern Ocean. Some paleontology researchers have shown a link between large quantities of iron in the air and the onset of ice ages. On frst discovering of this, according to J.H. Martin and S.E. Fitzwater, the lead oceanographer in the project commented on the strong link between iron and planetary temperature saying, “Give me a half a tanker of iron and I’ll give you the next ice age.

Friday, May 18, 2018

GLOBAL WARMING

Global warming is a term that is used to refer to an increase in Earth’s average surface temperature. It is due mostly to the release of greenhouse gases (GHGs) into the atmosphere by human-fuelled activities such as increased fossil fuel consumption leading to the release of carbon dioxide (CO2), the increasing use of automobiles, the use of nitrogen base fertilizers,and rearing and breeding large methane-belching cattle. Greenhouse gases such as carbon dioxide, nitrous oxide, water vapor, halocarbons (chlorofluorocarbons and hydrofluorocarbons), methane, and ozone have the capability of absorbing infrared radiation
from the Earth’s surface, thereby altering the heat balance of the Earth.

Tuesday, May 15, 2018

GREEN HOUSE EFFECT


            The greenhouse eect likewise amplifes the eect of the Sun’s radiation. Greenhouse gases—carbondioxide (CO2), methane, and water vapor are examples—trap sunlight in the atmosphere. Without any greenhouse gases, sunlight would pass through the atmosphere and strike Earth, which would absorb a portion of the sunlight. (Land absorbs less sunlight than water.) The rest would rebound from Earth as infrared radiation, passing out of the atmosphere and into space. Greenhouse gases do not, however, permit infrared radiation to pass into space, but rather absorb it as heat, in turn heating the atmosphere. Of the greenhouse gases, methane breaks down in the atmosphere after a few decades. CO2, however, may linger centuries in the atmosphere.

Monday, May 14, 2018

IMPACT OF GLOBAL WARMING

Impacts from the phenomenon known as global warming include environmental, social, and economic effects. Environmental impacts include sea-level rise, melting of the polar ice caps, and an average increase in temperature. These impacts are documented in the reports of the Intergovernmental Panel for Climate Change (IPCC), which commissions reports by scientists worldwide on the issue of climate change. The IPCC Report of 2007 is the first one that reflects scientific consensus that global warming is underway, and that it is primarily human induced. For example, human activities, such as fossil fuel burning, land-use changes, agricultural activity, and the production and use of halocarbons are among the factors causing climate change. The economic report by Nicholas Stern in 2007 highlights that climate change has potentially disastrous consequences for humanity.

Sunday, May 13, 2018

KORBAN MINYAK SAWIT YANG BERMASALAH

Pengerusakan hutan hujan, perampasan tanah rakyat dan masyarakat adat, juga emisi Gas Rumah Kaca (GRK) besarbesaran akibat pengeringan dan pembakaran lahan gambut demi diproduksinya Conflict Palm Oil (Minyak Sawit yang Bermasalah), terus menjadi sorotan utama dunia internasional dalam beberapa tahun belakangan ini. Namun, kondisi kerja dan kehidupan buruh perkebunan kelapa sawit hampir tidak pernah dikaji atau pun didiskusikan secara mendalam.
Karena buruh tinggal di daerah yang terisolir secara geografis dengan mobilitas sosial maupun ekonomi yang sangat terbatas, kisah mereka terkubur di dalam perkebunan kelapa sawit yang terletak di wilayah terpencil di mana mereka hidup dan bekerja. Akan tetapi, belakangan ini semakin banyak laporan dari masyarakat sipil, peneliti independen dan wartawan investigasi yang menguak tabir persoalan yang dihadapi buruh kelapa sawit. Laporan-laporan tersebut menyoroti pola pelanggaran hak-hak buruh yang berat di perkebunan kelapa sawit di berbagai belahan dunia.

Sunday, April 29, 2018

PENGEMBANGAN PESTISIDA ALAMI (2)

Pestisida alami adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan (Botanical Pesticide), merupakan kearifan lokal masyarakat Indonesia, karena sejak jaman dahulu kala nenek moyang kita sudah memanfaatkannya untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati (Mega Biodiversity) kedua terbesar di dunia setelah Brazil, memiliki ribuan tanaman yang mengandung sifat pestisida yang dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan pestisida alami. Oleh karena itu, potensi Indonesia untuk mengembangkan pestisida alami yang dapat mensuplai kebutuhan dunia sangatlah besar, sehingga kegiatan-kegiatan penelitian untuk pengembangan pestisida alami sangatlah penting.

Saturday, April 7, 2018

LIMBAH PLASTIK JADI BAHAN ASPAL

Presiden Joko Widodo padasaat pertemuan G-20 telah menyampaikan komitmen Indonesia untuk mengurangi sampah plastik laut sebesar 70 % hingga tahun 2025. Sejalan dengan hal tersebut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Penelitian danPengembangan (Balitbang) saat ini tengah mengembangkan pemanfaatan limbah plastik sebagai campuran aspal.
Para peneliti di Balitbang Kementerian PUPR telah cukup lama melakukan penelitian pemanfaatan limbah plastik sebagai campuran aspal. Pada akhir Juli lalu, telah dilaksanakan uji coba menggelar aspal plastik sepanjang 700 meter yang bertempat di Universitas Udayana, Bali. Kepala Balitbang Kementerian PUPR, Danis Hidayat Sumadilaga mengatakan pemanfaatan limbah plastik sebagai aspal tersebutmerupakan salah satu solusi bagi permasalahan sampah plastik. “Setiap 1 kilometer jalan dengan lebar 7 meter, membutuhkan campuran limbah plastik sebanyak 2,5 hingga 5 ton. Jadi bisa dibayangkan apabila hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan di Indonesia yang memiliki jalan ribuan kilometer,” tutur Danis yang ditemui di lokasi pengujian.

Wednesday, February 28, 2018

PEMUSNAHAN LIMBAH ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM



Alat dan bahan praktikum yang sudah aus atau habis pakai merupakan suatu limbah laboratorium yang sudah tidak berguna lagi sehingga harus dimusnahkan. Pemusnahan tersebut harus mempertimbangkan beberapa hal diantaranya: (1) biaya pembuangan, (2) potensi bahaya terhadap orang-orang di luar laboratorium dan (3) potensi dampaknya terhadap lingkungan. Tugas pemusnahan alat dan bahan praktikum menjadi tanggung jawab dari pengelola laboratorium, karena pengelola laboratoriumlah yang paling mengetahui sifat dan informasi dari limbah tersebut. Keputusan dalam memusnahkan limbah laboratorium harus sejalan dengan kerangka kerja lembaga dan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Moran & Masciangioli, 2010).