Tiga pendeketan utama untuk mendefinisikan
limbah berbahaya yaitu (1) sebuah diskripsi kualitatif pada asalnya, tipe, dan pendukungnya,
(2) klasifikasi dengan dasar karaktristik terutama bedasarkanprosedurtes, dan
(3) dengan cara konsentrasi zat-zat spesifik yang berbahaya. Limbah digolongkan menurut
tipe umum, misalnya”spent halogenated solvents” atau pelarut terhalogenasi
atau oleh sumber-sumber industry misalnya “pickingliquor from steel
manufacturing”atau mendapat cairan dari industry manufaktur baja.
ADS
loading...
Showing posts with label Pengolahan Limbah. Show all posts
Showing posts with label Pengolahan Limbah. Show all posts
Wednesday, September 4, 2019
Monday, March 11, 2019
MENGENAL PESTISIDA
Pestisida sangat banyak digunakan secara global dalam
produksi makanan, serat dan kayu, dalam pengelolaan tanah masyarakat, dan dalam
pengendalian serangga-serangga pembawa penyakit dan hama-hama rumah tangga dan
kebun. Masyarakat belekangan ini semakin tergantung pada penggunaan bahan-bahan
kimia dalam pengendalian serangga yang tidak dikehendaki, gulma, jamur dan
binatang penggangu lainnya. Penggunaan pestisida yang tidak rasional telah
terbukti ikut menimbulkan masalah terhadap ekosistem.
Friday, February 1, 2019
TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DENGAN WET SCRUBBING
Wet scrubber adalah peralatan pengendali pencemar
udara yang berfungsi untuk mengumpulkan partikel-partikel halus yang terbawa
dalam gas buang suatu proses dengan menggunakan titik-titik air.
Pada pengolahan ini cairan umumnya air digunakan untuk
menangkap partikel debu atau untuk meningkatkan ukuran aerosol. Partikel halus
berukuran 0,1 sampai 20 mikron dapat disisihkan secara efektif dari gas pembawa
menggunakan wet collector. Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau
Wet Collectors. Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor
dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor
dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka
debu akan ikut disemprotkan air turun ke bawah. Venturi Scrubber menghilangkan
partikel debu dan kontaminan gas tertentu dari gas aliran dengan memaksanya melewati
aliran cair, menghasilkan cairan yang teratomisasi. Tinggi kecepatan
diferensial di antara gas kotor dan cairan droplets menyebabkan partikel
bertumbukan, kemudian akan berkelompok untuk membentuk tetesan yang lebih
besar. Terakhir, tetesan cair tersebut dilemparkan pada dinding alat pemisah
dan gas bersih pun dikeluarkan melalui puncak scrubber.
Tuesday, January 29, 2019
TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH B3 DENGAN FLOTASI
Flotation (flotasi) berasal dari kata float yang
berarti mengapung atau mengambang. Flotasi dapat diartikan sebagai suatu
pemisahan suatu zat dari zat lainnya pada suatu cairan/larutan berdasarkan perbedaan
sifat permukaan dari zat yang akan dipisahkan, dimana zat yang bersifat
hidrofilik tetap berada fasa air sedangkan zat yang bersifat hidrofobik akan
terikat pada gelembung udara dan akan terbawa ke permukaan larutan dan
membentuk buih yang kemudian dapat dipisahkan dari cairan tersebut. Secara umum
flotation melibatkan 3 fase yaitu cair (sebagai media), padat (partikel yang
terkandung dalam cairan) dan gas (gelembung udara).
Saturday, January 26, 2019
ZAT-ZAT YANG DAPAT TERBAKAR DAN MELEDAK
Dalam pengertian luas zat yang dapat terbakar adalah sesuatu
yang siap terbakar, sedangkan zat yang dapat meledak relative memerlukan
rangsangan untuk terbakar. Sebelum mencoba mecermati definisi-definisi ini perlulah
kiranya menetapkan beberapa terminology lain. Kebanyakan zat kimia yang
cenderung terbakar tak sengaja adalah berupa cairan. Cairan menimbulkan uap,
yang biasanya lebih pekat dari pada udara, dan karenanya bertendensi untuk
terbakar. Tendensi dari pada suatu cairan untuk terbakar dapat diukur dengan
sebuah pengujian dengan cairan dipanaskan dan secara priodik diekspose terhadap
nyala api hingga campuran uap dan udara menyala pada permukaan cairan. Temperatur
yang terjadi ini dinamakan titik nyala/flash point.
Tuesday, January 15, 2019
WHAT ARE SOME STRATEGIES TO REDUCE THE AMOUNT AND/OR TOXICITY OF CHEMICAL WASTE GENERATED IN THE LABORATORY?
All laboratories that use chemicals inevitably produce
chemical waste that must be properly disposed of. It is crucial to minimize
both the toxicity and the amount of chemical waste that is generated. A waste
management and reduction policy that conforms to State and local regulations
should be established by the school or school district. Several things that can
be done to minimize hazards, waste generation, and control costs follow:
Wednesday, January 9, 2019
ENVIRONMENTAL CHEMMISTRY
Environmental chemistry is the study of the sources,
reactions, transport, effects, and fates of chemical species in the water, air,
terrestrial, and living environments and the effects of human activities
thereon. Some idea of the complexity of environmental chemistry as a discipline
may be realized by examining, which indicates the interchange of
chemical species among various environmental spheres. Throughout an
environmental system there are variations in temperature, mixing, intensity of
solar radiation, input of materials, and various other factors that strongly
influence chemical conditions and behavior. Because of its complexity,
environmental chemistry must be approached with simplified models. This chapter
presents an overview of environmental chemistry
Wednesday, November 14, 2018
SCHOOL CHEMISTRY LABORATORY SAFETY GUIDE
Recognition of laboratory safety and health problems has crystallized
since the passage of the Occupational Safety and Health Act of 1970. This Act
requires that certain precautions be observed to protect the safety and health
of employees on the job. The employee designation includes all teachers
employed by private and public school systems in States that have occupational
safety and health plans accepted by the Occupational Safety and Health
Administration (OSHA) of the U.S. Department of Labor (DOL). OSHA rules and
regulations are provided to protect the employees and the facilities.
Saturday, November 10, 2018
NUCLEAR WASTE DISPOSAL
Our society does not
have an impressive record for safe disposal of industrial wastes. We have
polluted our water and air, and some land areas have become virtually
uninhabitable because of the improper burial of chemical wastes. As a result,
many people are wary about the radioactive wastes from nuclear reactors. The
potential threats of cancer and genetic mutations make these materials
especially frightening.
Because of its controversial
nature, most of the nuclear waste generated over the past 50 years has been
placed in temporary storage. However, in 1982 the U.S. Congress passed the
Nuclear Waste Policy Act, which established a timetable for choosing and
preparing sites for the deep underground disposal of radioactive materials.
Sunday, June 17, 2018
WAYS TO MINIMIZE WASTE
The best way to avoid the environmental problems of solid waste disposal
is to desist from generating wastes in the frst instance. Pollution prevention
programs aimed at this objective have become widespread. Recycling and reuse of
materials are ways to avoid waste generation. At the residential level
recycling programs for newspapers, glass, and metal containers have been
implemented. However, some municipal programs have been criticized for
increasing environmental emissions of air pollutants from the fuel combustion.
The ultimate land disposal methods used for municipal solid wastes are
land flling, land farming, and deep well injection. Land flling of solid wastes
involves the controlled disposal of solid wastes on or in the upper layer of
the Earth’s mantle, which has been excavated to a depth of about 13 ft. (4 m.).
When solid wastes are placed in sanitary landflls, biological, chemical, and
physical processes occur. Biological decay of organic materials occurs by either
aerobic or anaerobic processes, resulting in the evolution of gases or liquids.
The chemical oxidation of waste materials occurs, dissolving and leaching of
organic and inorganic materials by water and leachate moving through the fll
also occur.
Friday, June 15, 2018
TYPES OF WASTE
Litter is waste material dumped in public places such as streets, parks,
picnic areas, bus stops, and near shops.The accumulation of waste threatens the
health of people in residential areas. Waste decays, encourages household
pests, and turns urban areas into unsightly, dirty, and unhealthy places to
live in. The following measures can be used to control land pollution.
Antilitter campaigns can educate people against littering, organic waste can be
dumped in places far from residential areas, and inorganic materials such as
metals, glass, paper, and plastic can be reclaimed and recycled.
Sunday, May 13, 2018
KORBAN MINYAK SAWIT YANG BERMASALAH
Pengerusakan hutan hujan, perampasan tanah rakyat dan masyarakat adat,
juga emisi Gas Rumah Kaca (GRK) besarbesaran akibat pengeringan dan pembakaran
lahan gambut demi diproduksinya Conflict
Palm Oil (Minyak Sawit yang Bermasalah), terus menjadi sorotan utama dunia
internasional dalam beberapa tahun belakangan ini. Namun, kondisi kerja dan
kehidupan buruh perkebunan kelapa sawit hampir tidak pernah dikaji atau pun
didiskusikan secara mendalam.
Karena buruh tinggal di daerah yang terisolir secara geografis dengan
mobilitas sosial maupun ekonomi yang sangat terbatas, kisah mereka terkubur di
dalam perkebunan kelapa sawit yang terletak di wilayah terpencil di mana mereka
hidup dan bekerja. Akan tetapi, belakangan ini semakin banyak laporan dari
masyarakat sipil, peneliti independen dan wartawan investigasi yang menguak
tabir persoalan yang dihadapi buruh kelapa sawit. Laporan-laporan tersebut
menyoroti pola pelanggaran hak-hak buruh yang berat di perkebunan kelapa sawit
di berbagai belahan dunia.
Sunday, April 29, 2018
PENGEMBANGAN PESTISIDA ALAMI (2)
Pestisida alami adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan (Botanical Pesticide),
merupakan kearifan lokal masyarakat Indonesia, karena sejak jaman dahulu kala
nenek moyang kita sudah memanfaatkannya untuk mengendalikan organisme
pengganggu tanaman.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati (Mega Biodiversity) kedua terbesar di
dunia setelah Brazil, memiliki ribuan tanaman yang mengandung sifat pestisida
yang dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan pestisida alami. Oleh
karena itu, potensi Indonesia untuk mengembangkan pestisida alami yang dapat
mensuplai kebutuhan dunia sangatlah besar, sehingga kegiatan-kegiatan
penelitian untuk pengembangan pestisida alami sangatlah penting.
Saturday, April 7, 2018
LIMBAH PLASTIK JADI BAHAN ASPAL
Presiden Joko Widodo padasaat pertemuan G-20 telah
menyampaikan komitmen Indonesia untuk mengurangi sampah plastik laut sebesar 70
% hingga tahun 2025. Sejalan dengan hal tersebut Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Penelitian danPengembangan (Balitbang)
saat ini tengah mengembangkan pemanfaatan limbah plastik sebagai campuran
aspal.
Para peneliti di Balitbang Kementerian PUPR telah cukup
lama melakukan penelitian pemanfaatan limbah plastik sebagai campuran aspal. Pada
akhir Juli lalu, telah dilaksanakan uji coba menggelar aspal plastik sepanjang
700 meter yang bertempat di Universitas Udayana, Bali. Kepala Balitbang
Kementerian PUPR, Danis Hidayat Sumadilaga mengatakan pemanfaatan limbah
plastik sebagai aspal tersebutmerupakan salah satu solusi bagi permasalahan
sampah plastik. “Setiap 1 kilometer jalan dengan lebar 7 meter, membutuhkan
campuran limbah plastik sebanyak 2,5 hingga 5 ton. Jadi bisa dibayangkan
apabila hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan di Indonesia yang memiliki
jalan ribuan kilometer,” tutur Danis yang ditemui di lokasi pengujian.
Wednesday, March 14, 2018
PENGOLAHAN POLUTAN UDARA DENGAN TEKNIK ELECTROSTATIC PRECIPITATOR
ElectroStatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif penangkap
debu dengan effisiensi tinggi (diatas 90%) dan rentang partikel yang didapat
cukup besar. Dengan menggunakan electrostatic precipitator (ESP) ini, jumlah
limbah debu yang keluar dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16% (dimana
efektifitas penangkapan debu mencapai 99,84%).
Salah satu komponen terpenting dalam proses produksi di Pabrik Gula dan
PLTU adalah boiler yang berfungsi sebagai tempat untuk memanaskan air, sehingga
menghasilkan uap yang nantinya akan digunakan untuk proses selanjutnya. Pada
PLTU, uap ini digunakan untuk memutar turbin uap sebagai penggerak generator.
Untuk melakukan kerja, boiler membutuhkan adanya panas yang digunakan untuk memanaskan
air. Panas ini disuplai oleh bagian yang disebut dengan ruang bakar atau
furnace, dimana pada ruang bakar ini dilengkapi dengan alat pembakaran atau burner.
Hasil pembakaran di ruang bakar tersebut akan mengandung banyak debu, mengingat
bahan bakar yang digunakan adalah batubara, kemudian debu tersebut akan terbawa
bersama gas buang menuju cerobong. Sebelum gas buang tersebut keluar melalui
cerobong, maka gas buang tersebut akan melewati kisi-kisi suatu electrostatic
precipitator (ESP).
Thursday, March 1, 2018
PERMASALAHAN LIMBAH RADIOAKTIF
Limbah radioaktif adalah sebuah persoalan bagi berbagai negara yang
memiliki pembangkitan listrik nuklir atau industri atau senjata nuklir yang
signifikan. Di AS, limbah seperti itu di atur di bawah Neclear Regulatory Commission (NRC) dan depertemen
energi/Departemen of Energi (DOE). Problem khusus dihadirkan oleh limbah
campuran yang mengandung limbah kimia dan limbah radioaktif.
Salah satu contoh baru baru ini tentang sebuah fasilitas yang disulitkan
oleh radioaktif dan limbah campuran di AS adalah Rocky Flat di dekat Denver,
Colorado, yang digunakan untuk memproduksi sanjata nuklir semenjak tahun 1950
an, kompleks ini memperkerjakan 6.000 pekerja meliputi 384 are di tengah-tengah
6.650 are daerah penyangga/buffer zone,
dan mendiami 134 bangunan dengan luas area kira-kira 90.000 m2.
Monday, February 19, 2018
LANGKAH-LANGKAH PENGOLAHAN LIMBAH OLI
Limbah oli berdasarkan PP 85 tahun 1999 termasuk dalam kategori limbah
B3. Limbah. Limbah oli mengandung senyawasenyawa kimia baik organic dan
anorganik yang sangat berbahaya. Kandungan senyawa dan logam berat dalam limbah
oli (oli bekas) sebagai berikut:
Tabel 1. Kontaminan yang ada pada limbah oli (oli bekas)
Logam
(anorganik) |
Hidrokarbon
terklorinasi |
Senyawa organik
lainnya |
Aluminium
|
Diklorofluorometana
|
Benzena
|
Antimon
|
Triklorofluorometana
|
Toluena
|
Arsenik
|
1,1,1-trikloroetana
|
Xylena
|
Barium
|
Trikloroetilena
|
Benzaantrasena
|
Kadmium
|
Total klorine
|
Benzopirena
|
Krom
|
Poliklorin biphenil
|
Naftalena
|
Kobalt
|
||
Tembaga
|
||
Plumbum
|
||
Magnesium
|
||
Mangan
|
||
Merkuri
|
||
Nikel
|
||
Pospor
|
||
Silikon
|
||
Sulfur
|
||
Zeng
|
PROSES PEMURNIAN AIR DENGAN SISTEM REVERSE OSMOSIS
Reverse Osmosis untuk pengolahan air industri, air umpan ketel, air minum
dan desalinasi air laut. engertian dari sistem Reverse Osmosis atau RO adalah
perpindahan air melalui satu tahap ke tahap berikutnya yakni bagian yang lebih
encer ke bagian yang lebih pekat. Teknologi reverse osmosis (RO) banyak
dimanfaatkan manusia untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah untuk
teknologi pengolahan air minum. Salah satu ciri utama reverse osmosis system
(RO) adalah dengan adanya membran (semipermeable
membrane). Membran semipermeabel ini harus dapat ditembus oleh pelarut,
tapi tidak oleh zat terlarut.
Subscribe to:
Posts (Atom)