While agriculture is affected by climate change,
agricultural processes also contribute directly and indirectly to global
warming. This occurs for many reasons. A direct contribution is agriculture’s
reliance on the combustion of fossil fuels such as gasoline, diesel, and
propane to power farm equipment, including tractors, combines, grain elevators,
grain dryers, and transport trucks for shipping feed and livestock. Agriculture
also relies on petrochemicals in the form of herbicides and pesticides.
Estimates suggest that agriculture uses 8 percent of all energy consumed in the
United States.
ADS
loading...
Monday, March 11, 2019
Saturday, February 16, 2019
PEMISAHAN KATION GOLONGAN I, II, III, IV, DAN V
1.
Proses
pemisahan kation antar golongan
Pemisahan
kation-kation antar golongan dapat dilakukan dengan memberikan variasi
reagensia yang digunakan. Variasi reagensia yang digunakan didasarkan atas
kelarutan yang selektif dari kation-kation. Dengan pemvariasian reagensia maka
kita akan dapat menggolongkan kation-kation berdasarkan kesamaan sifat
selektifitas kation tersebut terhadap reagensia.
Untuk dapat memisahkan kation golongan I dari
kation golongan lainnya dapat dilakukan dengan jalan penambahan HCl encer.
Penambahan HCl encer ini bertujuan untuk mengendapkan kation-kation golongan I,
sehingga kation golongan I terpisah dari kation-kation lain yang tidak
terendapkan ketika ditambahkan HCl encer.
MEKANISME KERACUNAN
Studi tentng hubungan antara struktur kimia dan biologi dari
senyawa senyawa serta mekanismenya dalam tubuh telah dikembangkan untuk dapat
meramalkan cara kerja racun dalam tubuh. Mekanisme keracunan terbagi dalam 2
fase yaitu Fase kinetic dan Fase
dinamik.
a. Fase Kinetik
Fase kinetik meliputi proses-proses biologi biasa :
penyerapan, penyebaran dalam tubuh, metabolisme, dan proses pembuangan atau
eksresi Fase kinetik meliputi semua reaksi-reaksi biokimia yang terjadi dalam
tubuh, betuba katabolisme dan anabolisme. Pada fase kinetik, baik toksikan
(bahan beracun) dan atau protoksikan (bahan yg mempunyai potensi untuk
menjadi rcun) akan mengalami proses sinergetik atau sebaliknya proses
antagonis.
METABOLISME TUBUH
Metabolisme merupakan suatu proses atau peristiwa kinerja
yang terjadi dalam tubuh setiap organisme untuk dapat bertahan hidup dan
berkembang biak. Dalam peristiwa ini, semua bahan yang masuk ke dalam tubuh
akan diolah untuk dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Metabolisme atau
bio-transformasi dari bahan-bahan beracun merupakan faktor penentu utama
terhadap daya racun dari zat terkait. Melalui proses biotransformasi ini,
bahan-bahan beracun yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami peningkatan daya
racunnya atau malah akan mengalami penurunan dari daya racun yang dimilikinya.
Hal tersebut terjadi karena dalam peristiwa ini, setiap zat atau material yang
masuk dalam tubuh akan diolah dan diubah menjadi bentuk-bentuk yang lebih
sederhana. Dalam proses perubahan bentuk yang merupakan rangkaian peristiwa
kimiawi, suatu bahan beracun dapat saja berikatan dengan bahan beracun
lain yang akan meningkatkan daya racunnya yang sdah ada atau sebaliknya akan
berikatan dengan bahan beracun lain yang sifatnya antagonis (bertentangan),
sehingga menurunkan atau bahkan menetralkan daya racun yang semula ada.
PROSES PENCEMARAN
Interaksi
toksikan/pencemar dengan organisme dapat dinyatakan sebagai proses
toksikokinetik, yaitu proses uptake toksikan/pencemar, dilanjutkan proses
distribusi, metabolisme, dan penyimpanan dalam tubuh organisme serta ekskresi
dari tubuh organisme tersebut. Proses tersebut menarik untuk dipelajari karena
menentukan tingkat safety dan risk suatu toksikan/pencemar. Sedangkan interaksi
polutan dengan sel, jaringan atau organ, dalam bentuk respon toksik dinyatakan
sebagai toksikodinamik.
Secara
umum, proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung berdampak meracuni
sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan atau mengganggu
keseimbangan ekologis baik air, udara maupun tanah. Proses tidak langsung,
yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air maupun tanah, sehingga
menyebabkan pencemaran.
Friday, February 1, 2019
TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH DENGAN WET SCRUBBING
Wet scrubber adalah peralatan pengendali pencemar
udara yang berfungsi untuk mengumpulkan partikel-partikel halus yang terbawa
dalam gas buang suatu proses dengan menggunakan titik-titik air.
Pada pengolahan ini cairan umumnya air digunakan untuk
menangkap partikel debu atau untuk meningkatkan ukuran aerosol. Partikel halus
berukuran 0,1 sampai 20 mikron dapat disisihkan secara efektif dari gas pembawa
menggunakan wet collector. Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau
Wet Collectors. Prinsip kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor
dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor
dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka
debu akan ikut disemprotkan air turun ke bawah. Venturi Scrubber menghilangkan
partikel debu dan kontaminan gas tertentu dari gas aliran dengan memaksanya melewati
aliran cair, menghasilkan cairan yang teratomisasi. Tinggi kecepatan
diferensial di antara gas kotor dan cairan droplets menyebabkan partikel
bertumbukan, kemudian akan berkelompok untuk membentuk tetesan yang lebih
besar. Terakhir, tetesan cair tersebut dilemparkan pada dinding alat pemisah
dan gas bersih pun dikeluarkan melalui puncak scrubber.
Tuesday, January 29, 2019
TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH B3 DENGAN FLOTASI
Flotation (flotasi) berasal dari kata float yang
berarti mengapung atau mengambang. Flotasi dapat diartikan sebagai suatu
pemisahan suatu zat dari zat lainnya pada suatu cairan/larutan berdasarkan perbedaan
sifat permukaan dari zat yang akan dipisahkan, dimana zat yang bersifat
hidrofilik tetap berada fasa air sedangkan zat yang bersifat hidrofobik akan
terikat pada gelembung udara dan akan terbawa ke permukaan larutan dan
membentuk buih yang kemudian dapat dipisahkan dari cairan tersebut. Secara umum
flotation melibatkan 3 fase yaitu cair (sebagai media), padat (partikel yang
terkandung dalam cairan) dan gas (gelembung udara).
Saturday, January 26, 2019
ZAT-ZAT YANG DAPAT TERBAKAR DAN MELEDAK
Dalam pengertian luas zat yang dapat terbakar adalah sesuatu
yang siap terbakar, sedangkan zat yang dapat meledak relative memerlukan
rangsangan untuk terbakar. Sebelum mencoba mecermati definisi-definisi ini perlulah
kiranya menetapkan beberapa terminology lain. Kebanyakan zat kimia yang
cenderung terbakar tak sengaja adalah berupa cairan. Cairan menimbulkan uap,
yang biasanya lebih pekat dari pada udara, dan karenanya bertendensi untuk
terbakar. Tendensi dari pada suatu cairan untuk terbakar dapat diukur dengan
sebuah pengujian dengan cairan dipanaskan dan secara priodik diekspose terhadap
nyala api hingga campuran uap dan udara menyala pada permukaan cairan. Temperatur
yang terjadi ini dinamakan titik nyala/flash point.
Tuesday, January 22, 2019
A NEW NATURE-HUMAN RELATIONSHIP
A
critical environmental education consists of developing, not only among youth,
but the population in general, the capacities to analyze educational
propositions regarding the environment and dominant environmental discourses to
decode hidden ideological orientations, the beliefs and interests that direct them,
and which implicitly tend to reproduce the practices that are nevertheless the
ones that would be necessary to shift to a different kind of relationship between
nature and human beings. The reference to science and technological transfers
as the main answer to defining and correcting the problem is insufficient to
correct a situation that requires that humans also question the philosophic
foundations, sociological, political, and economic dimensions of the regulation
of climate. To reproduce the same economic logic is denounced by many as
incapable of
correcting the shameless exploitation of nature and human beings that are at
the heart of the environmental crisis.
Saturday, January 19, 2019
ENVIRONMENTAL EDUCATION AND SUSTAINABILITY
The fourth report of the Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC), published in February 2007, confirms the reality of
global climate change. Some scientists have pointed to the uncertainties and
the inevitable limits of the climatic modeling, and other researchers question
the ascendancy of scientist’s analyses of the question in the public sphere.
They assert that sociopolitical analyses should lead scholars to question the
neo-liberal model of society, with its faith in technical progress, as well as
the inequitable sharing of the wealth which ensues from it, according to Scott
Lash, et al. The consensus of the IPCC experts has strengthened over the years,
and concludes that the production of greenhouse gas of human origin is an important
cause of global warming.
Subscribe to:
Posts (Atom)