The greenhouse effect
likewise amplifes the effect of the Sun’s radiation.
Greenhouse gases—carbondioxide (CO2), methane, and water vapor are
examples—trap sunlight in the atmosphere. Without any greenhouse gases, sunlight
would pass through the atmosphere and strike Earth, which would absorb a
portion of the sunlight. (Land absorbs less sunlight than water.) The rest
would rebound from Earth as infrared radiation, passing out of the atmosphere
and into space. Greenhouse gases do not, however, permit infrared radiation to
pass into space, but rather absorb it as heat, in turn heating the atmosphere.
Of the greenhouse gases, methane breaks down in the atmosphere after a few
decades. CO2, however, may linger centuries in the atmosphere.
ADS
loading...
Tuesday, May 15, 2018
Monday, May 14, 2018
IMPACT OF GLOBAL WARMING
Impacts from the phenomenon
known as global warming include environmental, social, and economic effects.
Environmental impacts include sea-level rise, melting of the polar ice caps,
and an average increase in temperature. These impacts are documented in the
reports of the Intergovernmental Panel for Climate Change (IPCC), which
commissions reports by scientists worldwide on the issue of climate change. The
IPCC Report of 2007 is the first one that reflects scientific consensus that
global warming is underway, and that it is primarily human induced. For example,
human activities, such as fossil fuel burning, land-use changes, agricultural activity,
and the production and use of halocarbons are among the factors causing climate
change. The economic report by Nicholas Stern in 2007 highlights that climate
change has potentially disastrous consequences for humanity.
Sunday, May 13, 2018
KORBAN MINYAK SAWIT YANG BERMASALAH
Pengerusakan hutan hujan, perampasan tanah rakyat dan masyarakat adat,
juga emisi Gas Rumah Kaca (GRK) besarbesaran akibat pengeringan dan pembakaran
lahan gambut demi diproduksinya Conflict
Palm Oil (Minyak Sawit yang Bermasalah), terus menjadi sorotan utama dunia
internasional dalam beberapa tahun belakangan ini. Namun, kondisi kerja dan
kehidupan buruh perkebunan kelapa sawit hampir tidak pernah dikaji atau pun
didiskusikan secara mendalam.
Karena buruh tinggal di daerah yang terisolir secara geografis dengan
mobilitas sosial maupun ekonomi yang sangat terbatas, kisah mereka terkubur di
dalam perkebunan kelapa sawit yang terletak di wilayah terpencil di mana mereka
hidup dan bekerja. Akan tetapi, belakangan ini semakin banyak laporan dari
masyarakat sipil, peneliti independen dan wartawan investigasi yang menguak
tabir persoalan yang dihadapi buruh kelapa sawit. Laporan-laporan tersebut
menyoroti pola pelanggaran hak-hak buruh yang berat di perkebunan kelapa sawit
di berbagai belahan dunia.
Sunday, April 29, 2018
PENGEMBANGAN PESTISIDA ALAMI (2)
Pestisida alami adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan (Botanical Pesticide),
merupakan kearifan lokal masyarakat Indonesia, karena sejak jaman dahulu kala
nenek moyang kita sudah memanfaatkannya untuk mengendalikan organisme
pengganggu tanaman.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati (Mega Biodiversity) kedua terbesar di
dunia setelah Brazil, memiliki ribuan tanaman yang mengandung sifat pestisida
yang dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan pestisida alami. Oleh
karena itu, potensi Indonesia untuk mengembangkan pestisida alami yang dapat
mensuplai kebutuhan dunia sangatlah besar, sehingga kegiatan-kegiatan
penelitian untuk pengembangan pestisida alami sangatlah penting.
PENGEMBANGAN PESTISIDA ALAMI
Pada umumnya, pestisida alami diartikan sebagai suatu pestisida yang
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Menurut FAO (1988) dan US EPA (2002),
pestisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok pestisida biokimia karena
mengandung biotoksin. Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami
dapat mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik.
Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat
pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia
yang merupakan metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat
pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan
bahan bioaktif, walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder
yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada
tumbuhan dapat melampaui 400.000. Grainge et al., 1984 dalam Sastrosiswojo
(2002), melaporkan ada 1800 jenis tanaman yang mengandung pestisida nabati yang
dapat digunakan untuk pengendalian hama.
Friday, April 20, 2018
PENCEMARAN AIR DI CHINA
China telah
tercemar polusi air. Menurut SEPA, China mengalami kasuspolusi air setiap dua
atau tiga hari. Pabrik-pabrik membuang limbah cair tanpadiolah terlebih dahulu
ke sungai maupun danau. Pada tahun 2006 saja terdapat 30miliar ton limbah cair
dibuang ke sungai Yangtze. Hal ini menjadikan sungaiYangtze tercemar sangat
parah dan tidak layak untuk konsumsi.
Polusi
air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut:
a) Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah
domestik, misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan industri seperti Pb,
Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat racun.
b) Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan O2
di airberkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.
c) Fosfat hasil pembusukan bersama h03 dan pupuk pertanianterakumulasi dan
menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan mineral yangmenyebabkan pertumbuhan
yang cepat pada alga (blooming alga). Akibatnya,tanaman di dalam air tidak
dapat berfotosintesis karena sinar matahari terhalang.
Tuesday, April 17, 2018
DEBU KUNING (YELLOW DUST) DI CHINA
Polusi ini mempunyai banyak variasi
penamaan seperti badai pasir, chog China, kabut asap, badai debu, dan lain
sebagainya. Banyaknya variasi penamaan ini tidak terlepas dari tidak seragamnya
penamaan polusi ini oleh sumber-sumber yang ada, namun demikian, semuanya
merujuk pada polusi yang sama.
Saturday, April 7, 2018
LIMBAH PLASTIK JADI BAHAN ASPAL
Presiden Joko Widodo padasaat pertemuan G-20 telah
menyampaikan komitmen Indonesia untuk mengurangi sampah plastik laut sebesar 70
% hingga tahun 2025. Sejalan dengan hal tersebut Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Penelitian danPengembangan (Balitbang)
saat ini tengah mengembangkan pemanfaatan limbah plastik sebagai campuran
aspal.
Para peneliti di Balitbang Kementerian PUPR telah cukup
lama melakukan penelitian pemanfaatan limbah plastik sebagai campuran aspal. Pada
akhir Juli lalu, telah dilaksanakan uji coba menggelar aspal plastik sepanjang
700 meter yang bertempat di Universitas Udayana, Bali. Kepala Balitbang
Kementerian PUPR, Danis Hidayat Sumadilaga mengatakan pemanfaatan limbah
plastik sebagai aspal tersebutmerupakan salah satu solusi bagi permasalahan
sampah plastik. “Setiap 1 kilometer jalan dengan lebar 7 meter, membutuhkan
campuran limbah plastik sebanyak 2,5 hingga 5 ton. Jadi bisa dibayangkan
apabila hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan di Indonesia yang memiliki
jalan ribuan kilometer,” tutur Danis yang ditemui di lokasi pengujian.
Thursday, March 22, 2018
JEMBATAN PANCASILA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT
SEJAK kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pembangunan di kawasan Timur
Indonesia menjadi prioritas. Dengan tujuan agar pembangunan nasional dapat merata
serta dapat memaksimalkan potensi daerah yang sampai saat ini belum tergali
dengan maksimal.
Nusa Tenggara Timur, sebagai salah satu provinsi di wilayah timur
Indonesia, mempunyai potensi yang luar biasa besar antara lain, komoditas
unggulan seperti peternakan, perkebunan, perikanan dan industri, keindahan alam
dan kekayaan diantaranya Pulau Komodo, Danau Kelimutu, Larantuka dan Lamalera,
serta Pulau Alor dan Pulau Rote.
Dalam rangka memaksimalkan potensi besar yang
dimiliki Provinsi NTT tersebut sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, dibutuhkan investasi yang cukup besar. Hal tersebut karena
investasi di Provinsi NTT mengandung unsur pionir (perintis atau pemula) yang memerlukan
fasilitasi dalam bentuk insentif fiskal, kepastian iklim usaha yang baik serta
dukungan ketersediaan infrastruktur yang memadai. Salah satu infrastruktur yang
diupayakan untuk dapat dibangun adalah Jembatan Pancasila yang menghubungkan
antara pulau Flores dengan pulau Adonara.
Wednesday, March 14, 2018
PENGOLAHAN POLUTAN UDARA DENGAN TEKNIK ELECTROSTATIC PRECIPITATOR
ElectroStatic Precipitator (ESP) adalah salah satu alternatif penangkap
debu dengan effisiensi tinggi (diatas 90%) dan rentang partikel yang didapat
cukup besar. Dengan menggunakan electrostatic precipitator (ESP) ini, jumlah
limbah debu yang keluar dari cerobong diharapkan hanya sekitar 0,16% (dimana
efektifitas penangkapan debu mencapai 99,84%).
Salah satu komponen terpenting dalam proses produksi di Pabrik Gula dan
PLTU adalah boiler yang berfungsi sebagai tempat untuk memanaskan air, sehingga
menghasilkan uap yang nantinya akan digunakan untuk proses selanjutnya. Pada
PLTU, uap ini digunakan untuk memutar turbin uap sebagai penggerak generator.
Untuk melakukan kerja, boiler membutuhkan adanya panas yang digunakan untuk memanaskan
air. Panas ini disuplai oleh bagian yang disebut dengan ruang bakar atau
furnace, dimana pada ruang bakar ini dilengkapi dengan alat pembakaran atau burner.
Hasil pembakaran di ruang bakar tersebut akan mengandung banyak debu, mengingat
bahan bakar yang digunakan adalah batubara, kemudian debu tersebut akan terbawa
bersama gas buang menuju cerobong. Sebelum gas buang tersebut keluar melalui
cerobong, maka gas buang tersebut akan melewati kisi-kisi suatu electrostatic
precipitator (ESP).
Subscribe to:
Posts (Atom)