Polusi ini mempunyai banyak variasi
penamaan seperti badai pasir, chog China, kabut asap, badai debu, dan lain
sebagainya. Banyaknya variasi penamaan ini tidak terlepas dari tidak seragamnya
penamaan polusi ini oleh sumber-sumber yang ada, namun demikian, semuanya
merujuk pada polusi yang sama.
Fenomena polusi ini bermula dari luasnya gurun pasir yang dimiliki oleh
China. Seperempat dari daratannya, terutama di bagian barat laut negara terdiri
dari debu kering. Dalam 20 tahun yang akan datang, beberapa pakar memperkirakan
bahwa hampir 40 % dari China akan berubah menjadi tanah berpasir.
Wang Tao, dari Akademi Kehutanan China mengatakan bahwa antara tahun
1950-an dan 1970-an, China kehilangan daratan sekitar 600 mil persegi (sekitar
1.500 kilometer persegi) yang berubah menjadi gurun pasir. Ketika padang pasir
itu mendekati 150 mil dari Beijing, sekitar 1.500 mil persegi (4.000 kilometer
persegi) merupakan peruntukan real estate di China akan hilang akibat proses
penggurunan (desertifikasi) setiap tahun. Kawasan padang pasir akan terus
bertambah luas.
Menurut Badan Meterologi China, frekuensi badai debu dan pasir yang
menggambarkan partikel polusi lingkungan dari penggurunan meningkat. Hal ini
diperkuat oleh Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
mencatat kenaikan lima kali lipat badai debu di Asia selama setengah abad
terakhir. Akibat pengolahan tanah yang berlebihan, penggundulan rumput yang
berlebihan untuk ternak, penggundulan hutan, dan penggunaan air yang tidak
efisien menyebabkan peningkatan besar-besaran intensitas maupun frekuensi badai
debu di China.
Pada musim semi, angin dengan kekuatan yang sangat besar mengirimkan
pusaran-pusaran awan debu tinggi ke udara, dan membonceng arus angin cepat.
Ketika gulungan raksasa itu bergerak ke timur (pertama-tama) ke arah Beijing
dan kemudian menyeberangi pusat kawasan industri di China, angin puting beliung
tersebut menarik sangat banyak polutan lainnya, mulai dari partikel-partikel
yang sangat halus yang dimuntahkan dari pabrik-pabrik batu bara hingga merkuri
beracun dari cerobong-cerobong asap industri.
Setelah membuang berton-ton bahan campuran beracun itu di sepanjang
deretan kota-kota besar dan kecil di China, gulungan tersebut sampai di Jepang
dan Korea. Di sana, menurut Badan Pembangunan Desa Korea Selatan, “badai satu
kali saja dapat membuang lebih dari 8.000 ton pasir.” Badai terburuk menutupi
bandar udara, jalan-jalan, toko-toko, dan sekolah-sekolah. Lebih luas lagi
menurut Program Lingkungan PBB, biaya badai debu ini bagi perekonomian kawasan
itu mencapai lebih dari US$ 6 juta pertahun.
Gulungan yang penuh sesak dengan zat-zat partikel halus dan polutan
beracun tersebut kemudian berlanjut dengan kecepatan di atas 1.500 mil per
hari, untuk menyelesaikan perjalanannya sejauh 7.000 mil ke Amerika Utara dan
menimpa kota Los Angeles hingga mencemari tempat permainan ski yang biasanya
bersih di Aspen.
Bahaya dari polusi badai debu dan pasir yang mengandung banyak polutan seperti
campuran hitam debu beracun, karbon hitam, sulfat, nitrat, asam, aerosol, karsinogen,
arsenik, timbal, kromium, dan selenium tersebut adalah berbagai masalah
penyakit pernapasan terutama paru-paru dan asma bagi manusia. Manusia sangat
rentan terserang penyakit oleh polusi udara ini karena banyaknya aktifitas
manusia yang mengharuskannya berada di luar ruangan dan secara otomatis
menghirup udara yang sudah tercemar oleh polutan-polutan yang berbahaya bagi
kesehatan.
PDF Versi Lengkap KLIK DISINI
PDF Versi Lengkap KLIK DISINI
No comments:
Post a Comment