ADS

loading...

Tuesday, April 17, 2018

DEBU KUNING (YELLOW DUST) DI CHINA




            Polusi ini mempunyai banyak variasi penamaan seperti badai pasir, chog China, kabut asap, badai debu, dan lain sebagainya. Banyaknya variasi penamaan ini tidak terlepas dari tidak seragamnya penamaan polusi ini oleh sumber-sumber yang ada, namun demikian, semuanya merujuk pada polusi yang sama.

Fenomena polusi ini bermula dari luasnya gurun pasir yang dimiliki oleh China. Seperempat dari daratannya, terutama di bagian barat laut negara terdiri dari debu kering. Dalam 20 tahun yang akan datang, beberapa pakar memperkirakan bahwa hampir 40 % dari China akan berubah menjadi tanah berpasir.
Wang Tao, dari Akademi Kehutanan China mengatakan bahwa antara tahun 1950-an dan 1970-an, China kehilangan daratan sekitar 600 mil persegi (sekitar 1.500 kilometer persegi) yang berubah menjadi gurun pasir. Ketika padang pasir itu mendekati 150 mil dari Beijing, sekitar 1.500 mil persegi (4.000 kilometer persegi) merupakan peruntukan real estate di China akan hilang akibat proses penggurunan (desertifikasi) setiap tahun. Kawasan padang pasir akan terus bertambah luas.
Menurut Badan Meterologi China, frekuensi badai debu dan pasir yang menggambarkan partikel polusi lingkungan dari penggurunan meningkat. Hal ini diperkuat oleh Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mencatat kenaikan lima kali lipat badai debu di Asia selama setengah abad terakhir. Akibat pengolahan tanah yang berlebihan, penggundulan rumput yang berlebihan untuk ternak, penggundulan hutan, dan penggunaan air yang tidak efisien menyebabkan peningkatan besar-besaran intensitas maupun frekuensi badai debu di China.
Pada musim semi, angin dengan kekuatan yang sangat besar mengirimkan pusaran-pusaran awan debu tinggi ke udara, dan membonceng arus angin cepat. Ketika gulungan raksasa itu bergerak ke timur (pertama-tama) ke arah Beijing dan kemudian menyeberangi pusat kawasan industri di China, angin puting beliung tersebut menarik sangat banyak polutan lainnya, mulai dari partikel-partikel yang sangat halus yang dimuntahkan dari pabrik-pabrik batu bara hingga merkuri beracun dari cerobong-cerobong asap industri.
Setelah membuang berton-ton bahan campuran beracun itu di sepanjang deretan kota-kota besar dan kecil di China, gulungan tersebut sampai di Jepang dan Korea. Di sana, menurut Badan Pembangunan Desa Korea Selatan, “badai satu kali saja dapat membuang lebih dari 8.000 ton pasir.” Badai terburuk menutupi bandar udara, jalan-jalan, toko-toko, dan sekolah-sekolah. Lebih luas lagi menurut Program Lingkungan PBB, biaya badai debu ini bagi perekonomian kawasan itu mencapai lebih dari US$ 6 juta pertahun.
Gulungan yang penuh sesak dengan zat-zat partikel halus dan polutan beracun tersebut kemudian berlanjut dengan kecepatan di atas 1.500 mil per hari, untuk menyelesaikan perjalanannya sejauh 7.000 mil ke Amerika Utara dan menimpa kota Los Angeles hingga mencemari tempat permainan ski yang biasanya bersih di Aspen.
Bahaya dari polusi badai debu dan pasir yang mengandung banyak polutan seperti campuran hitam debu beracun, karbon hitam, sulfat, nitrat, asam, aerosol, karsinogen, arsenik, timbal, kromium, dan selenium tersebut adalah berbagai masalah penyakit pernapasan terutama paru-paru dan asma bagi manusia. Manusia sangat rentan terserang penyakit oleh polusi udara ini karena banyaknya aktifitas manusia yang mengharuskannya berada di luar ruangan dan secara otomatis menghirup udara yang sudah tercemar oleh polutan-polutan yang berbahaya bagi kesehatan.

PDF Versi Lengkap KLIK DISINI

No comments:

Post a Comment