Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang
dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem
budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep
penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya,
lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem
vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun
vertikal, namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah
biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal,
memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak
hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang
menyenagkan.
ADS
loading...
Monday, May 28, 2018
Friday, May 25, 2018
TOURISM AND GLOBAL WARMING
The relationship between tourism and global warming is a paradoxical one:
global warming has become a threat to tourism, yet tourism remains a major
cause of global warming. Tis vicious circle is well known to all stakeholders of
the tourism industry, but implementing meaningful change has proven difficult
because of three types of resistance: politico economic resistance (from
policymakers in regions and countries that rely heavily on tourism as a source
of income), commercial resistance (from the tourism industry itself), and
sociocultural resistance (from tourists who are not ready to change their
behavior).
Monday, May 21, 2018
GREEN CHEMISTRY
There are many ways in which chemistry has helped to reduce CO2
emissions and helped adaptation to a changing climate. Iron fertilization experiments aim to reduce the concentration of atmospheric
CO2 by promoting the growth of phytoplankton in oligotrophic regions of the
ocean, where primary production is supposedly limited by the iron supply, such
as in the Southern Ocean. Some paleontology researchers have shown a link
between large quantities of iron in the air and the onset of ice ages. On frst
discovering of this, according to J.H. Martin and S.E. Fitzwater, the lead
oceanographer in the project commented on the strong link between iron and
planetary temperature saying, “Give me a half a tanker of iron and I’ll give
you the next ice age.
Friday, May 18, 2018
GLOBAL WARMING
Global warming is a term that is used to refer to an increase in
Earth’s average surface temperature. It is due mostly to the release of
greenhouse gases (GHGs) into the atmosphere by human-fuelled activities such as
increased fossil fuel consumption leading to the release of carbon dioxide (CO2),
the increasing use of automobiles, the use of nitrogen base fertilizers,and
rearing and breeding large methane-belching cattle. Greenhouse gases such as
carbon dioxide, nitrous oxide, water vapor, halocarbons (chlorofluorocarbons and
hydrofluorocarbons), methane, and ozone have the capability of absorbing
infrared radiation
from
the Earth’s surface, thereby altering the heat balance of the Earth.
Wednesday, May 16, 2018
BIAYA TERSEMBUNYI DARI EKSPLOITASI BURUH KELAPA SAWIT
Minyak sawit adalah
minyak nabati yang dapat dikonsumsi, memiliki lemak jenuh tinggi yang berasal
dari buah pohon kelapa sawit Afrika. Minyak sawit dan turunannya dipergunakan dalam
berbagai macam produk yang dijual di Amerika Serikat dan di seluruh dunia
seperti kue, biskuit, cokelat, sereal dan kue untuk sarapan, tepung kue siap saji,
donat, keripik kentang, mie instan, manisan dan makanan beku, susu formula,
margarin, deterjen, sabun, dan produk perawatan pribadi lainnya. Minyak sawit
ditemukan di hampir setengah dari semua produk-produk dalam kemasan yang dijual
di toko kelontong.
Tuesday, May 15, 2018
GREEN HOUSE EFFECT
The greenhouse effect
likewise amplifes the effect of the Sun’s radiation.
Greenhouse gases—carbondioxide (CO2), methane, and water vapor are
examples—trap sunlight in the atmosphere. Without any greenhouse gases, sunlight
would pass through the atmosphere and strike Earth, which would absorb a
portion of the sunlight. (Land absorbs less sunlight than water.) The rest
would rebound from Earth as infrared radiation, passing out of the atmosphere
and into space. Greenhouse gases do not, however, permit infrared radiation to
pass into space, but rather absorb it as heat, in turn heating the atmosphere.
Of the greenhouse gases, methane breaks down in the atmosphere after a few
decades. CO2, however, may linger centuries in the atmosphere.
Monday, May 14, 2018
IMPACT OF GLOBAL WARMING
Impacts from the phenomenon
known as global warming include environmental, social, and economic effects.
Environmental impacts include sea-level rise, melting of the polar ice caps,
and an average increase in temperature. These impacts are documented in the
reports of the Intergovernmental Panel for Climate Change (IPCC), which
commissions reports by scientists worldwide on the issue of climate change. The
IPCC Report of 2007 is the first one that reflects scientific consensus that
global warming is underway, and that it is primarily human induced. For example,
human activities, such as fossil fuel burning, land-use changes, agricultural activity,
and the production and use of halocarbons are among the factors causing climate
change. The economic report by Nicholas Stern in 2007 highlights that climate
change has potentially disastrous consequences for humanity.
Sunday, May 13, 2018
KORBAN MINYAK SAWIT YANG BERMASALAH
Pengerusakan hutan hujan, perampasan tanah rakyat dan masyarakat adat,
juga emisi Gas Rumah Kaca (GRK) besarbesaran akibat pengeringan dan pembakaran
lahan gambut demi diproduksinya Conflict
Palm Oil (Minyak Sawit yang Bermasalah), terus menjadi sorotan utama dunia
internasional dalam beberapa tahun belakangan ini. Namun, kondisi kerja dan
kehidupan buruh perkebunan kelapa sawit hampir tidak pernah dikaji atau pun
didiskusikan secara mendalam.
Karena buruh tinggal di daerah yang terisolir secara geografis dengan
mobilitas sosial maupun ekonomi yang sangat terbatas, kisah mereka terkubur di
dalam perkebunan kelapa sawit yang terletak di wilayah terpencil di mana mereka
hidup dan bekerja. Akan tetapi, belakangan ini semakin banyak laporan dari
masyarakat sipil, peneliti independen dan wartawan investigasi yang menguak
tabir persoalan yang dihadapi buruh kelapa sawit. Laporan-laporan tersebut
menyoroti pola pelanggaran hak-hak buruh yang berat di perkebunan kelapa sawit
di berbagai belahan dunia.
Sunday, April 29, 2018
PENGEMBANGAN PESTISIDA ALAMI (2)
Pestisida alami adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan (Botanical Pesticide),
merupakan kearifan lokal masyarakat Indonesia, karena sejak jaman dahulu kala
nenek moyang kita sudah memanfaatkannya untuk mengendalikan organisme
pengganggu tanaman.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati (Mega Biodiversity) kedua terbesar di
dunia setelah Brazil, memiliki ribuan tanaman yang mengandung sifat pestisida
yang dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan pestisida alami. Oleh
karena itu, potensi Indonesia untuk mengembangkan pestisida alami yang dapat
mensuplai kebutuhan dunia sangatlah besar, sehingga kegiatan-kegiatan
penelitian untuk pengembangan pestisida alami sangatlah penting.
PENGEMBANGAN PESTISIDA ALAMI
Pada umumnya, pestisida alami diartikan sebagai suatu pestisida yang
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Menurut FAO (1988) dan US EPA (2002),
pestisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok pestisida biokimia karena
mengandung biotoksin. Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami
dapat mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik.
Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat
pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia
yang merupakan metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat
pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan
bahan bioaktif, walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder
yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada
tumbuhan dapat melampaui 400.000. Grainge et al., 1984 dalam Sastrosiswojo
(2002), melaporkan ada 1800 jenis tanaman yang mengandung pestisida nabati yang
dapat digunakan untuk pengendalian hama.
Subscribe to:
Posts (Atom)