ADS

loading...

Friday, January 12, 2018

ANALISIS KANDUNGAN Pb dan Cd DI TANAH PERKEBUNAN PANCASARI


Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini sangat berperan sebagai bahan makanan yang bernilai ekonomi tinggi dan juga memiliki keragaman yang luas sehingga  manfaatnya melimpah bagi manusia. Sayuran  merupakan salah  satu  bahan makanan  yang kaya akan  sumber gizi, serat, mineral dan vitamin yang berperan  penting  untuk meningkatkan kesehatan, melancarkan saluran pencernaan, mengurangi kolestrol, mencegah penyakit jantung dan kanker pada saluran pencernaan ( Voster,2007). Mengingat sangat pentingnya manfaat sayur bagi kehidupan manusia, menyebabkan permintaaan sayur untuk dikomsumsi sehari hari setiap tahun mengalami peningkatan. Peningkatan produktivitas sayur ditunjukan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang produksi dan konsumsi sayur indonesia. Komsumsi sayur setiap  tahun terus mengalami peningkatan sesuai dengan data terakhir  tercatat pada Maret tahun 2012 rata rata konsumsi perkapita sebanyak  44 kg/kapita/tahun ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2011, sebanyak 42 kg/kapita/tahun. Laju produksi sayur pertahun di indonesia sesuai dengan data BPS adalah berkisaran 7,7-24,2 %  ( Susenas,2012).

Desa Pancasari merupakan salah satu sentra penghasil sayur di Bali. Sayuran yang dihasilkan dari perkebunan di Desa Pancasari dipasarkan ke seluruh pelosok Bali guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Distribusi sayur melalui  pasar pasar tradisional ataupun disalurkan ke sektor pariwisata. Seperti yang sudah diketahui bahwa permintaan sayur mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan permitaaan sayur akan sangat mempengaruhi produktifitas pertanian sayur untuk dapat mengimbangi kebutuhan pasar.  Namun, selain memenuhi kebutuhan pasar salah satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah masalah mutu sayur yang layak dikonsumsi dikalangan masyarakat. Mutu yang diharapkan adalah keterjaminan kualitas sayur yang ditinjau dari syarat kesehatan dan keamanan konsumsi sehingga dapat menyehatkan yang mengkonsumsinya. Namun dewasa ini masih banyak ditemui jenis sayur yang beredar dikalangan masyarakat luas tidak memenuhi standar kesehatan konsumsi antara lain bebas dari bakteri yang berbahaya, bebas dari kontaminan yang berbahaya, dan tidak meyebabkan keracunan ( Riskesdas,2007). Dalam hal ini salah satu kontaminan yang berbahaya adalah logam berat yang terkandung didalam sayur melebihi ambang batas yang diijinkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian Republik Indonesia (Balitbang Deptan) pada 2008 yang melakukan penelitian pada sayuran kubis,tomat, dan wortel dari sentra produksi sayur daerah Jawa Barat dan Jawa Timur menunjukkan secara umum pencemaran logam besi (Fe) dan Timbal (Pb) di atas batas maksimum residu (BMR). Sementara cemaran logam As, Cd dan Zn masih pada tingkat aman, walaupun juga perlu diwaspadai karena semua logam berat terutama Pb dan Cd tidak boleh melebihi 0,5 mg/kg dalam hal ini seharusnya logam berat yang terkandung dibahan pangan adalah kurang dari 0,5 mg/kg yang tercantum dalam SNI 7387-2009. Salah satu penyebab kandungan logam berat pada sayuran meningkat  adalah penggunaan pupuk yang berlebihan dan tidak terkontrol oleh petani sayur.
Logam berat yang terkandung dipupuk merupakan residu atau bahan ikutan hasil pengolahan pupuk anorganik dan juga hasil penguraian pupuk kompos atau organik. Logam Cu, Zn dan As pada pupuk kandang, logam Cd, Cu, Ni dan Pb pada kompos dan pupuk anorganik serta Cu, Hg, As dan Pb pada pestisida (Alloway,1995). Namun, kandungan logam berat pada beberapa jenis pupuk tergolong cukup tinggi bahkan sudah berada diatas ambang toleransi yang dapat ditampung oleh tanah. Sebagai contoh pupuk fosfat mengandung Pb kisaran 225 ppm. Hal ini sudah berada di atas ambang tolensi logam Pb yang sekitar 150 ppm. Sedang kan Cd yang terkandung dalam pupuk fosfat berkisar antara 5-115 ppm (Alloway,1995). Angka ini tergolong tinggi karena kadar Cd yang masih bisa ditolerir hanya 2 ppm. Diantara semua logam yang terkandung sebagai residu  pupuk, logam Pb dan Cd  yang paling mudah terjerebab didalam  tanah dan tanaman dibandingkan dengan ion logam berat lainnya karena logam tersebut mudah terjerebab pada semua tekstur tanah dan karateritik tanah, baik pada tekstur halus atau liat tanah (Nopriani, 2011). Semakin intensif petani menggunakan pupuk maka sama saja dengan menambahkan logam berat ke dalam tanah sehingga kandungan logam berat didalamnya semakin meningkat terutama logam Pb dan Cd.
Banyaknya logam berat yang terkandung didalam tanah sangat tergantung dengan karateristik tanah terutama keasaman tanah (pH), bahan organik, kapasitas tukar ion tanah, kadar sulfat, kadar karbonat, potensial redoks tanah ( Verloo,1993). Secara umum kapasitas tukar ion akan dapat menggambarkan akumulasi logam berat karena kapasitas tukar yang menentukan daya serap atau laju (rate) tanah dalam menyerap logam berat atau bahan lain (Verloo,1993). Keseluruhan logam berat yang terkandung  didalam tanah dapat dipilah menjadi fraksi atau bentuk yaitu: logam berat yang (1) larut dalam air tanah , (2) berikatan dengan koloid tanah,(3) terikat dengan bahan organik tanah  (4) terjerabab (occluded) didalam oksida besi atau mangan, (5) terikat dengan karbonat, (6) terikat dengan struktural di dalam mineral silikat atau primer.(7) logam berat terikat pada matrik tanah (Verloo,1993). Berdasarkan fraksi dan juga karateristik tanah dapat menentukan dan menggambarkan keberadaan logam berat yang terkandung didalam tanah terutama Pb dan Cd.


No comments:

Post a Comment