Mendengar judul artikel di atas kita
pasti akan geleng-geleng kepala karena bagaimana mungkin air laut yang kita
ketahui selama ini mempunyai rasa yang asin berubah menjadi asam? Apakah ini
hanya sekedar sensasi saja atau memang mungkin bisa terjadi? Baiklah sebelum
saya menjawab pertanyaan tersebut saya ingin mengatakan bahwa segala hal di
dunia ini tidak ada yang mustahil, apapun bisa saja terjadi di dunia ini
termasuk air laut yang menjadi asam.
Air laut bisa saja berasa asam apabila
air laut melarutkan banyak sekali gas karbondioksida (CO2) yang ada
di atmosfer, sehingga apabila jumlah gas karbon dioksida meningkat maka bisa
dipastikan air laut akan menjadi semakin asam. Sekarang pertanyaannya bagaimana
hal tersebut bisa terjadi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut mari kita
perhatikan penjelasan berikut.
·
PENYEBAB
Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif lebih stabil dan berada
dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,7-8,4. pH yang
dipengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat
dan bikarbonat yang dikandungnya (Nybakken, 1992). Perairan basa (7-9)
merupakan perairan yang produktif dan berperan mendorong proses perubahan bahan
organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasi oleh
fitoplankton.
Sejauh ini, sejumlah emisi CO2 yang terlarut dalam lautan dapat
menurunkan pH air laut sekitar 0,1 (berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Research Council). Penurunan pH
0,1 berarti air menjadi 30 % lebih asam dari kondisi sebelumnya. Jika karbon
dioksida terakumulasi secara terus-menerus, diperkirakan pH air laut akan turun
menjadi 7,8 pada tahun 2100 dan pada saat itu, air akan menjadi 150 % lebih
asam dibandingkan pada tahun 1800. Proses turunnya kadar pH air laut yang
terjadi akibat penyerapan karbondioksida di atmosfer disebut dengan
“asidifikasi”.
Pada tahun 1990-an, tim ilmuan internasional melakukan penelitian dengan
mengumpulkan dan menganalisis lebih dari 77.000 sampel air laut dari berbagai
kedalaman dan lokasi di seluruh dunia yang memakan waktu 15 tahun. Dalam
penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa laut menyerap lebih dari 1/3 karbon
dioksida yang ada di atmofer. Peneliti juga mengestimasikan bahwa sekitar 1
juta ton CO2 diserap oleh laut tiap jamnya. Peter Brewer, ilmuwan senior di
Institut Riset Air Monterey Bay,
mengungkapkan bahwa "Total jumlah karbon dioksida yang telah dimasukkan ke
dalam lautan saat ini adalah sekitar 530 miliar ton". Bagi organisme laut,
ini merupakan malapetaka, terutama bagi organisme kunci di lautan seperti
karang dan pteropods (hewan
bercangkang) karena kedua organisme ini merupakan bagian dari rantai makanan.
Jumlah karbon dioksida (CO2) yang meningkat merupakan sumber
utama yang menyebabkan air laut menjadi kian asam. Oksida asam yang satu ini
dapat berasal dari berbagai aktifitas, diantaranya hasil buangan industri,
peternakan, kendaraan, pembukaan lahan, bahkan manusia juga menyuplai CO2
melalui proses pernapasan. Karbon dioksida yang memiliki rumus kimia (CO2)
dapat menjadi asam ketika bereaksi dengan air (H2O) sehingga disebut
oksida asam. Reaksinya adalah sebagai berikut:
CO2(g)
+ H2O(l) ----------> H2CO3(aq)
---> H2CO3(aq) H+(aq)
+ HCO3-(aq)
H2CO3 atau biasa disebut asam karbonat merupakan
suatu asam lemah dan sedikit terionisasi menghasilkan H+ (spesi yang
mengindikasikan larutan bersifat asam menurut teori Asam Basa Arrhenius). Proses
asidifikasi samudera, secara sederhana adalah karbon dioksida dari pembakaran
bahan bakar fosil yang terakumulasi dalam atmosfer, menyebabkan pemanasan
global, berpengaruh terhadap samudera atau lautan kita. karbon dioksida diserap
oleh laut dan bereaksi dengan air laut membentuk asam karbonat H2CO3 dan meningkatkan keasamam
(H+) air laut.
Kenaikan CO2 atmosfir tidak hanya menurunan pH tetapi juga
pengurangan ion karbonat (CO32-), akibat terjadinya pembentukan
ion bikarbonat (HCO3-). Ion ini digunakan oleh puluhan ribu spesies
hewan laut untuk membentuk cangkang dan tulang (kerangka) serta karang. Berikut
adalah reaksi pembentukan ion HCO3-:
H+(aq) + CO32-(aq) ----------> HCO3-(aq) (ion bikarbonat)
Jika keasaman
lautan cukup tinggi, air laut menjadi korosif dan melarutkan cangkang,
melemahkan pertumbuhan hewan laut dan terumbu karang beserta jutaan spesies hewan
laut yang bergantung kepadanya. Jika suplai karbonat (CO32-)
berkurang, maka karang
harus mengeluarkan lebih banyak energi untuk mengumpulkan ion tersebut.Reaksi
pembentukan karang dan cangkang adalah sebagai berikut:
----------> Ca2+ +CO32- CaCO3 (Kalsium karbonat)
·
DAMPAK
Asidifikasi lautan
tidak dapat disangkal lagi adalah bencana lingkungan yang secara diam-diam
dapat menghancurkan ekosistem laut dan mengancam produktivitas perikanan.
Berikut dampak yang dapat ditimbulkan akibat Asidifikasi lautan:
- Jika keasaman lautan cukup tinggi, air laut menjadi
korosif dan melarutkan cangkang, melemahkan pertumbuhan hewan laut dan
terumbu karang beserta jutaan spesies hewan laut yang bergantung
kepadanya. Pada akhirnya bencana Asidifikasi lautan ini akan memusnahkan mereka.
- Pteropoda Limacina
helicina yang memegang peranan penting dalam rantai makanan dan fungsi
ekosistem Laut Artik, dan cangkangnya yang mengandung kalsium karbonat
merupakan pelindung yang penting bagi hewan ini. Namun, studi yang
dilakukan LOV (Laboratorium
d’OcĂ©anographie at Villefranche) menunjukkan bahwa pertumbuhan
cangkang hewan ini diprediksi akan melambat hingga 30% dan pada karang
yang hidup pada daerah dingin, Lophelia
pertusa-pteropod lainnya- pertumbuhannya akan melambat hingga 50%.
Terumbu karang tropis dibangun oleh sejumlah besar spesies sedangkan pada
daerah dingin dibangun oleh satu atau dua spesies namun menyediakan banyak
tempat bagi banyak spesies lain. Penurunan pertumbuhan karang akibat
pengasaman karang ini akan mengancam struktur biologis tersebut.
- Asidifikasi samudra juga memberikan dampak komersial
yaitu mengancam sumber makanan bagi ratusan juta orang dan industri
perikanan, pariwisata serta penangkapan ikan yang telah menampung lebih
dari 38 juta orang secara langsung dan sekitar 162 juta orang yang bergantung
secara tidak langsung.
Berdasarkan
pemaparan dampak-dampak asidifikasi lautan, lantas muncul pertanyaan
selanjutnya yaitu “apakah ada cara untuk mencegah atau meminimalisasi dampak
asidifikasi lautan?”.
·
PENCEGAHAN
Pemangkasan
emisi CO2 merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk
memperlambat efek Asidifikasi samudra yaitu dengan mengurangi aktivitas yang
bisa menghasilkan gas CO2. Tidak mungkin kan kita menaikan derajat keasaman laut dengan cara
menetralkannya seperti teori netralisasi asam basa. Karena butuh berton-ton
basa yang harus dilarutkan untuk mencapai pH sedikit basa yang memungkinkan
organisme untuk hidup lebih baik. Oleh karena itu, kita harus mulai membiasakan
diri untuk mengurangi bahan bakar fosil dalam kehidupan kita, karena tanpa kita
sadari lewat kebiasaan kita menggunakan bahan bakar fosil secara berlebihan
dapat menghancurkan ekosistem yang ada di dunia ini.
No comments:
Post a Comment