ADS

loading...

Tuesday, June 6, 2017

PENENTUAN KANDUNGAN KLORIDA PADA LIMBAH BEKAS CUCIAN PIRING RUMAH TANGGA DENGAN TITRASI ARGENTOMETRI SECARA MOHR


Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama (Kepmen 112, 2003). Limbah cair rumah tangga merupakan sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Salah satu jenis limbah cair rumah tangga adalah limbah bekas cuci piring. Limbah cair rumah tangga yang dalam hal ini limbah bekas cucian piring termasuk ke dalam limbah cair domestic yang dikarakterisasikan ke dalam dark grey water (Nur’arif,2008). Limbah cair rumah tangga selain mengandung bahan organic, juga diduga mengandung klorida.

Klorida adalah satu senyawa umum yang terdapat pada perairan alam. Senyawa – senyawa klorida tersebut mengalami proses disosiasi dalam air membentuk ion. Ion klorida pada dasarnya mempunyai pengaruh kecil terhadap sifat – sifat kimia dan biologi perairan. Kation dari garam – garam klorida dalam air terdapat dalam keadaan mudah larut. Ion klorida secara umum tidak membentuk senyawa kompleks yang kuat dengan ion – ion logam. Ion ini juga tidak dapat dioksidasi dalam keadaan normal dan tidak bersifat toksik. Tetapi kelebihan garam klorida dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena itu sangat penting dilakukan analisis terhadap klorida, karena kelebihan klorida dalam air menyebabkan pembentukan noda berwarna putih di pinggiran badan air (Rahmi,2010). Adapun kandungan klorida dalam limbah domestic dapat dilihat pada table karakteristik air limbah di bawah ini:

Table 1. Karakteristik Air Limbah Domestik
Parameter
Konsentrasi
Kisaran
Rata – rata
Padatan:
Terlarut
Tersuspensi
BOD
COD
TOC

250-850
100-350
110-400
250-1000
80-290

500
220
220
500
160
Nitrogen:
Organic
NH3

8-35
12-50

15
25
Phospor:
Organic
Anorganik

1-5
3-10

3
5
Klorida
Minyak dan Lemak
Alkalinitas
30-100
50-150
50-200
50
100
100
                       
Anion Cl- dengan larutan perak nitrat AgNO3 membentuk endapan perak klorida , AgCl, yang seperti dadih dan putih. Perak klorida tak larut dalam air dan dalam asam nitrat encer tetapi larut dalam larutan amonia encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida dan tiosulfat (G. Svehla, 1985: 346).
Ion klorida terdapat dalam bentuk senyawa. Begitu juga pada limbah rumah tangga khususnya limbah bekas cucian piring juga mengandung klorida. Kadar klorida tiap senyawa berbeda-beda. Oleh karenanya sebelum diolah, maka perlu dilakukan analisis kandungan klor dalam limbah cair rumah tangga khususnya air bekas cucian piring. Analisis kadar klor ini dapat dilakukan secara titrasi pengendapan atau sering disebut dengan titrasi argentometri yaitu dengan metode Mohr.
Titrasi pengendapan adalah suatu proses titrasi yang mengakibatkan terjadinya endapan. Titrasi yang meliputi reaksi-reaksi pengendapan sangat terbatas dibandingkan dengan analisis volumetri yang lain (Selamat, 2002). Dalam titrasi pengendapan, zat yang ditentukan bereaksi dengan titran membentuk senyawa yang sukar larut dalam air. Karena itu kepekatan zat yang ditentukan itu berkurang selama berlangsungnya proses titrasi. Perubahan kepekatan itu diamati dekat dengan titik ekivalen dengan bantuan indikator. Namun demikian ada beberapa persyaratan dalam titrasi pengendapan sehingga pemakaiannya terbatas dalam titrimetri. Persyaratan itu adalah sebagai berikut:

1.   Terjadinya kesetimbangan yang serbaneka harus berlangsung cukup cepat;
2.   Zat yang ditentukan harus beraksi secara stoikiometri dengan titran;
3.   Endapan yang terbentuk harus cukup sukar larut sehinggs terjamin kesempurnaan reaksi sampai 99,9 %;
4.   Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.

Karena persyaratan diatas harus terpenuhi dalam titrasi pengendapan, maka reaksi pengendapan dengan ion perak yang lazim digunakan dalam titrasi pengendapan. Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standart perak nitrat (AgNO3). Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halida akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan (tioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalen seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-. Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit, sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.
AgNO3(aq) + NaCl(aq) à AgCl(s)(putih) + NaNO3(aq)

Titrasi argentometri dimana terbentuk endapan yang dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan indicator yang dipakai untuk penentuan titik akhir. Salah satu metode dalam argentometri adalah Titrasi argentometri cara Mohr.  Metode Mohr pertama kali diperkenalkan oleh K.F Mohr , seorang ahli farmasi Jerman pada tahun 1865. Titrasi ini terutama digunakan untuk menentukan garam klorida dengan titrasi langsung, atau menentukan garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar NaCl berlebih. Titrasi argentometri cara Mohr menggunakan ion-ion kromat (CrO42-) sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya endapan merah kecoklatan dari Ag2CrO4. Apabila ke dalam larutan yang mengandung ion klorida ditambahkan indikator K2CrO4 dan selanjutnya dititrasi dengan larutan standar AgNO3 maka akan terjadi pengendapan bertingkat berikut:
1.                  Cl-  +   Ag+             ↔   AgCl                   Ksp = 1,2 x 10-10
2.                  CrO42- +  2Ag+ ↔   Ag2CrO4                    Ksp = 1,7 x 10-12
Dari dua persamaan reaksi tersebut dapat dihitung konsentrasi ion kromat pada saat AgCl mulai mengendap yaitu sebesar 0,014 M. Dengan demikian untuk menghindari pengendapan Ag2CrO4 mendahului atau berbarengan dengan AgCl maka konsentrasi ion kromat yang dipergunakan harus lebih kecil dari 0,014 M.
Tirasi Argentometri cara Mohr  harus dilakukan dalam suasana yang relatif netral. Pada kondisi pH terlalu tinggi, menyebabkan terbentuknya endapan AgOH dan lebih lanjut terurai menjadi Ag2O  sehingga titran yang diperlukan menjadi lebih banyak.
2Ag+  +  2OH-  ↔ 2 AgOH(s)  ↔ Ag2O(s) + H2O
Pada kondisi pH terlalu rendah ion CrO42- sebagian berubah menjadi Cr2O72-. Dengan berkurangnya konsentrasi indikator akan menyebabkan timbulnya endapan menjadi sangat terlambat.
2H+  +  2CrO42-   ↔   Cr2O72- +  H2O
Selama titrasi Mohr, larutan diaduk dengan baik untuk menghindari terjadinya kelebihan titran secara lokal. Hal ini dapat menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai dan oklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk nanti, serta akibat lebih lanjut adalah titik akhir menjadi tidak tajam.
DOWNLOAD VERSI LENGKAP : KLIK DISINI


No comments:

Post a Comment