Kontributor terbesar pemanasan
global saat ini adalah karbon dioksida(CO2), metana (CH4)
yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan
ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk
kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya
berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini
karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di
dalam jaringannya ke atmosfer.
Bagaimana hubungannya antara
pemanasan global dengan asidifikasi samudra? saya dapat katakan bahwa keduanya
mempunyai hubungan yang sangat erat, dapat diibaratkan seperti ini Global warning
membawa malapetaka di daratan, dan Asidifikasi samudra membawa malapetaka bagi
spesies laut”. Global warming juga berkontribusi terhadap
meningkatnya
permukaan air laut dan suhu rata-rata air laut. Pada kesempatan kali ini, saya
akan mengupas sedikit mengenai asidifikasi samudra, yang terinspirasi dari
majalah National Geographic Indonesia Edisi April 2011 tentang “Laut Nan Asam”.
1. PENGERTIAN
Asidifikasi samudra atau Ocean
acidification (Asidifikasi samudra) adalah
istilah yang diberikan untuk proses turunnya kadar pH air laut yang kini tengah
terjadi akibat penyerapan karbon dioksida di atmosfer yang dihasilkan dari
kegiatan manusia (seperti penggunaan bahan bakar fosil). Menurut Jacobson
(2005), pH di permukaan laut diperkirakan turun dari 8,25 menjadi 8,14 dari
tahun 1751 hingga 2004 (Wikipedia).
Air laut bersifat sedikit basa
dengan derajat keasaman (pH) sekitar 8,2 di dekat permukaan air laut. sejauh
ini sejumlah emisi karbon dioksida yang terlarut dalam lautan menurunkan pH air
laut sekitar 0,1 (berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Research
Council). Penurunan pH 0,1 berarti air menjadi 30 persen lebih asam dari
kondisi sebelumnya. Jika carbon dioksida terakumulasi secara terus-menerus,
diperkirakan tingkat keasaman laut akan turun menjadi 7,8 pada tahun 2100. Pada
saat itu air akan menjadi 150 persen lebih asam dibandingkan pada tahun 1800.
Tidak ada negosiasi dalam perjanjian
pembahasan khusus
efek penyerapan karbon di lautan, di mana hasil studi menunjukkan absorbsi
karbon adalah kunci yang merusak makhluk berkerangka keras di lautan.
2. PENYEBAB
Pada tahun 1990-an tim ilmuan
internasional melakukan proyek penelitian dengan mengumpulkan dan menganalisis
lebih dari 77.000 sampel air laut dari berbagai kedalaman dan lokasi di seluruh
dunia yang memakan waktu 15 tahun. Dari penelitian ini, diperoleh kesimpulan
bahwa laut menyerap lebih dari 1/3 karbon dioksida yang ada di udara. Peneliti
juga mengestimasikan bahwa sekitar 1 juta ton karbon dioksida diserap oleh laut
tiap jamnya. Peter Brewer, ilmuwan senior di Institut Riset Air Monterey Bay
(inilah.com) mengungkapkan bahwa "Total jumlah karbon dioksida yang telah
dimasukkan ke dalam lautan saat ini adalah sekitar 530 miliar ton"
Ini merupakan berita baik bagi
kita yang berada di daratan; artinya lautan membantu mengurangi emisi rumah
kaca yang begitu banyak sehingga membantu menurunkan laju pemanasan global.
Tapi bagi organisme laut, ini merupakan malapetaka, terutama bagi organisme
kunci di lautan seperti karang dan pteropods (hewan bercangkang) karena kedua
organisme ini merupakan bagian dari rantai makanan.
3. SUMBER
Karbon dioksida (CO2)
merupakan sumber utama yang menyebabkan laut kian asam. Oksida asam yang satu
ini dapat berasal dari berbagai aktifitas, diantaranya hasil buangan industry,
peternakan, kendaraan, pembukaan lahan; dapat dikatakan bahwa sesuatu yang
sifatnya menghasilkan energy sepertinya menghasilkan gas ini. Bahkan manusia
juga menyuplai CO2 melalui proses pernapasan.
4. MEKANISME
Karbon dioksida yang memiliki
rumus kimia CO2 dapat menjadi asam ketika bereaksi dengan air H2O
sehingga disebut oksida asam. Reaksinya adalah sebagai berikut:
CO2(g) + H2O(l)
--> H2CO3(aq)
H2CO3(aq) -->
H+(aq) + HCO3-(aq)
H2CO3 atau
biasa disebut asam karbonat merupakan suatu asam lemah dan sedikit terionisasi
menghasilkan H+ (spesi yang mengindikasikan larutan bersifat asam
menurut teori Asam Basa Arrhenius).
Proses asidifikasi
samudera, secara sederhana adalah karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar
fosil yang terakumulasi dalam atmosfer, menyebabkan pemanasan global,
berpengaruh terhadap samudera atau lautan kita. karbon dioksida diserap oleh
laut dan bereaksi dengan air laut membentuk asam karbonat H2CO3
dan meningkatkan keasamam (H+) air laut.
H+(aq) + CO32-(aq)
--> HCO3-(aq) ion bikarbonat
Sebaliknya, air laut menjadi
kekurangan persediaan karbonat (CO32-) akibat pembentukan
ion bikarbonat, yang dikenal sebagai zat yang digunakan oleh puluhan ribu
spesies hewan laut untuk membentuk cangkang dan tulang (kerangka) serta karang.
Jika keasaman lautan cukup tinggi, air laut menjadi korosif dan melarutkan
cangkang, melemahkan pertumbuhan hewan laut dan terumbu karang beserta jutaan
spesies hewan laut yang bergantung kepadanya.
Reaksi pembentukan karang dan
cangkang adalah sebagai berikut:
Ca2+ +CO32-
--> CaCO3 Calsium karbonat
Jika suplay karbonat berkurang,
karang harus mengeluarkan lebih banyak energy untuk mengumpulkan ion tersebut.
5. DAMPAK
Asidifikasi samudera, tidak dapat
disangkal lagi, adalah bencana lingkungan yang secara diam-diam dapat
menghancurkan ekosistem laut dan mengancam produktivitas perikanan. Berikut
dampak yang dapat ditimbulkan akibat Asidifikasi samudra:
Jika keasaman
lautan cukup tinggi, air laut menjadi korosif dan melarutkan cangkang,
melemahkan pertumbuhan hewan laut dan terumbu karang beserta jutaan spesies
hewan laut yang bergantung kepadanya. Pada akhirnya bencana Asidifikasi samudra
yang dahsyat ini akan memusnahkan mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karang-karangan (Gattuso et al., 1998), alga coccolithophore (Riebesell et al.,
2000) dan pteropods (Orr et al., 2005) akan mengalami pengurangan kalsifikasi
atau peningkatan pemutusan (maksudnya dissolution) ketika terpapar oleh naiknya
kadar CO2 (Wikipedia).
Pteropoda Limacina helicina yang
memegang peranan penting dalam rantai makanan dan fungsi ekosistem Laut Artik,
dan cangkangnya yang mengandung kalsium karbonat merupakan pelindung yang
penting bagi hewan ini. Namun, studi yang dilakukan LOV (Laboratorium d’OcĂ©anographie
at Villefranche) menunjukkan bahwa pertumbuhan cangkang hewan ini diprediksi
akan melambat hingga 30% dan pada
karang yang hidup
pada daerah dingin, Lophelia pertusa-pteropod lainnya- pertumbuhannya akan
melambat hingga 50%. Terumbu karang tropis dibangun oleh sejumlah besar spesies
sedangkan pada daerah dingin dibangun oleh satu atau dua spesies namun
menyediakan banyak tempat bagi banyak spesies lain. Penurunan pertumbuhan
karang akibat pengasaman karang ini akan mengancam struktur biologis tersebut
(Go Blue Indonesia).
Tingkat keasaman
yang tinggi juga menggangu pendengaran beberapa spesies laut sehingga sulit
baginya untuk mendapatkan makanan maupun menghindari predator.
Asidifikasi samudra
mengganggu efektifitas organism laut dalam bereproduksi.
Pengasaman dapat
mengganggu indra penciuman spesies laut salah satunya ikan giru berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti Australia
Asidifikasi samudra juga
memberikan dampak komersial yaitu mengancam sumber makanan bagi ratusan juta
orang dan industri perikanan, pariwisata serta penangkapan ikan yang telah
menampung lebih dari 38 juta orang secara langsung dan sekitar 162 juta orang
yang bergantung secara tidak langsung (blogodril.com)
6. MINIMALISASI
Pemangkasan
emisi CO2 merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk
memperlambat efek Asidifikasi samudra dengan mengurangi aktivitas yang bisa
menghasilkan gas CO2. Tidak mungkin untuk menaikan derajat keasaman
laut dengan cara menetralkannya seperti teori netralisasi asam basa. Karena
butuh berton-ton basa yang harus dilarutkan untuk mencapai pH sedikit basa yang
memungkinkan organisme untuk hidup lebih baik. Pada saat ini, karang dan hewan
bercangkang (pteropoda) harus berhadapan dengan bahan bakar fosil merah; bukan
suatu pertarungan yang seimbang.
DOWNLOAD VERSI PDF : KLIK DISINI
No comments:
Post a Comment