Air
limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan
permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran,
perniagaan, apartemen dan asrama (Kepmen 112, 2003). Limbah cair rumah tangga
merupakan sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang
berwujud cair yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas
lingkungan. Salah satu
jenis limbah cair rumah tangga adalah limbah bekas cuci piring. Limbah cair
rumah tangga yang dalam hal ini limbah bekas cucian piring termasuk ke dalam
limbah cair domestic yang dikarakterisasikan ke dalam dark grey water
(Nur’arif,2008).
Pada umumnya, limbah cair rumah tangga mengandung bahan organik
yang cukup tinggi. Bahan – bahan organik tersebut
seperti karbohidrat, minyak dan lemak serta protein tentunya berasal dari sisa
makanan yang terdapat pada air bekas cucian piring. Bahan organik dengan
kadar yang tinggi jika dibuang ke lingkungan secara langsung tanpa pengolahan
terlebih dahulu dapat membahayakan kesehatan (Rahmi,2010).
Table
1. Baku Mutu Air Limbah Domestik
Parameter
|
Satuan
|
Kadar Maksimum
|
Ph
|
-
|
6-9
|
TSS
|
mg/l
|
100
|
BOD
|
mg/l
|
100
|
Minyak
dan Lemak
|
mg/l
|
10
|
(KepMen 112, 2003)
Oleh karenanya sebelum
diolah, perlu perlu dilakukan analisis kandungan bahan organik dalam limbah
cair rumah tangga khususnya air bekas cucian piring. Analisis bahan organik ini dapat dilakukan
secara titrimetric dengan menggunakan titrasi permanganometri.
Titrasi permanganometri
adalah titrasi oksidasimetri yang menggunakan larutan standar kalium
permanganat (KMnO4). Dalam reaksi redoks KMnO4 sebagai
oksidator akan mengalami reaksi reduksi. Satu tetes 0,1 N permanganat memberikan warna merah muda
yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah
titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut.
Permanganat menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan dapat hadir dengan
kondisi oksidasi +2, +3, +4, +6, +7. Kemampuannya dalam menangkap elektron sangat
ditentukan oleh keasaman larutan ion MnO4-. Reaksi-reaksi
reduksi yang dialami oleh ion MnO4- adalah sebagai
berikut:
-MnO4-(aq) +
8H+ (aq) +
5e --------> Mn2+(aq)
+ 4H2O(l)
Permanganat
bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi tersebut,
namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi. Permanganat adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup
kuat untuk mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
(Selamat,dkk,2004).
3Mn2+(aq)
+ 2MnO4-(aq) +
2H2O(l) ---------> 5
MnO2(s) + 4H+(aq)
Kelebihan
sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir titrasi cukup untuk
mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Bagaimanapun
juga, mengingat reaksinya lambat, MnO2 tidak diendapkan secara
normal pada titik akhir dari titrasi permanganat. Larutan-larutan
permanganat yang bersifat asam tidak stabil karena asam permanganat
terdekomposisi sesuai dengan persamaan :
MnO4-(aq) + 4H+ (aq) + 5e ---------> MnO2(s) + 2H2O(l)
MnO4-(aq) + 2H2O(aq) + 3e ---------> MnO2(s) + OH-(aq)
Dari persamaan reaksi di atas dapat diketahui
bahwa sifat oksidator KMnO4yang paling kuat terjadi dalam suasana
yang sangat asam. Agar hasil reaksi reduksi dari KMnO4 adalah Mn2+maka
perlu dicegah terbentuknya hasil antara berupa MnO2 yang
berwarna coklat dengan melakukan titrasi dalam keadaan panas.
Aquades yang digunakan untuk
melarutkan KMnO4 padat harus dipastikan telah bebas dari zat-zat organik
yang mampu mereduksi KMnO4. untuk mencegah hal tersebut, larutan
KMnO4 didihkan terlebih dahulu. Selanjutnya setelah dingin ditapis
menggunakan filter glasswol atau sinterglas. Untuk menghindari terurainya KMnO4
oleh udara, larutan ini disimpan dalam botol yang berwarna gelap.
Sebagai larutan standar sekunder, sebelum digunakan
untuk menstandarisasi suatu reduktor maka KMnO4 harus distandarisasi
terlebih dahulu dengan larutan standar primer. Larutan standar primernya adalah
suatu reduktor, misalnya natrium oksalat (Na2C2O4).
Reaksinya berjalan lambat dalam suhu ruangan, sehingga larutan biasanya
dipanaskan sampai sekitar 60-70oC. Bahkan pada suhu yang lebih
tinggi reaksinya mulai lambat, namun kecepatannya meningkat ketika ion mangan
(II) terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai katalis, dean reaksinya disebut
autokatalitik, karena katalisnya diproduksi dalam reaksi itu sendiri. Ion
tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat
dengan permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3,+4),
di mana pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat ke kondisi
divalen. Kalium permanganat yang telah distandarisasi dapat dipakai untuk
menentukan konsentrasi reduktor, misalnya ion ferro. Reaksi redoks yang terjadi
adalah sebagai berikut:
2 MnO4-(aq) +
16H+ + 5C2O4 (aq) ---------> 2 Mn2+(aq) +
8H2O(l)+ 10CO2(g)
MnO4-(aq) + 8H+ + 5Fe2+(aq) --------->Mn2+(aq) + 5Fe3+(aq)+ 4H2O(l)
Berdasarkan reaksi redoks yang
dialami, maka indikator atau penunjuk bahwa titik ekivalen telah tercapai
ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna larutan dari transparan menjadi
ungu muda. Perubahan ini terjadi bila KMnO4 digunakan
sebagai titran.
Lebih
jauh, dalam anilisis kadar bahan organik dalam sample (limbah bekas cucian
piring) terdapat istilah angka permanganate atau nilai permanganate. Dimana zat
organik sebagai angka permanganat merupakan banyaknya mg/l KMnO4
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik dalam satu liter sampel air
dalam keadaan mendidih. Kalium Permanganat (KMnO4) telah lama
dipakai sebagai oksidator pada penentuan konsumsi oksigen untuk mengoksidasi
bahan organik, yang dikenal sebagai parameter nilai permanganat atau sering
disebut sebagai bahan organik total atau TOM (Total organik Matter). Akan
tetapi, kemampuan oksidasi oleh permanganat sangat bervariasi, tergantung pada
senyawa-senyawa yang terkandung di dalam air. Dalam hal ini, untuk menentukan
kadar zat organik pada limbah rumah tangga yang berasal dari sisa makanan dan
minuman yaitu dengan menggunakan rumus ;
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 112
Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, Tersedia : http://hukum.unsrat.ac.id/men/menlh_112_2003.pdf, diakses tanggal : 23 Maret 2015
Nur’arif, Muhamad. 2008. Pengelolaan Air
Limbah Domestik. Tesis. Tersedia : http://eprints.undip.ac.id/17344, diakses tanggal : 24 Maret 2015
Rahmi, Puji. 2010. Laporan Penelitian.
Tersedia : https://ml.scribd.com/doc/88576354/Laporan-Penlit-Puji-Rahm, diakses tanggal : 24 Maret 2015
Selamat,
I Nyoman, I Gusti Lanang Wiratma. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Analitik.
Singaraja : Jurdik Kimia, IKIP N Singaraja.
No comments:
Post a Comment