Ancaman utama dari perubahan iklim adalah pertumbuhan populasi manusia,
yang diperkirakan sekitar 35 persen antara tahun 2006 hingga 2050. Dalam
periode yang sama, FAO memproyeksikan bahwa jumlah peternakan di seluruh dunia
akan meningkat dua kali lipat, sehingga emisi GRK terkait peternakan juga akan
meningkat kurang lebih dua kali lipat (atau meningkat sedikit lebih kecil bila
semua rekomendasi FAO diterapkan sepenuhnya), sementara secara luas diharapkan
bahwa GRK dari industri-industri lain akan turun. Hal ini akan menyebabkan
jumlah emisi terkait peternakan bahkan lebih tidak dapat diterima dibandingkan
tingkat saat ini yang sudah membahayakan. Hal ini juga berarti bahwa strategi
yang efektif harus melibatkan penggantian produk peternakan dengan alternatif
yang lebih baik, alih-alih hanya mengganti satu produk daging dengan produk
daging lainnya yang dianggap lebih rendah jejak karbonnya.
Teori, keyakinan, dan bahkan
kepentingan yang kuat telah dibangun di sekitar gagasan untuk memperlambat perubahan
iklim melalui energi terbarukan serta efsiensi energi. Namun setelah
perundingan iklim internasional bertahun-tahun dan berbagai usaha praktis,
hanya sedikit jumlah energi terbarukan serta efsiensi energi yang sudah
dikembangkan (bersama dengan lebih banyak prasarana energi nuklir dan energi
fosil). Emisi GRK terus meningkat sejak protokol Kyoto ditandatangani pada
tahun 1992 dan menyebabkan perubahan iklim semakin cepat. Betapapun
dikehendaki, bahkan kemajuan besar dalam mengganti energi yang tidak terbarukan
saja tidak bisa menggantikan peranan penting dari tindakan mengurangi emisi GRK
terkait peternakan.
Tindakan untuk menghilangkan produk
peternakan tidak hanya dapat mencapai pengurangan GRK di atmosfer dengan cepat,
namun juga bisa membalik krisis pangan dan air yang sedang berlangsung di
dunia. Seandainya rekomendasi yang dijabarkan di bawah ini diikuti, setidaknya
25 persen pengurangan produk peternakan di seluruh dunia dapat dicapai antara
saat ini hingga tahun 2017, akhir periode komitmen yang akan dibicarakan dalam
konferensi iklim PBB di Kopenhagen pada bulan Desember 2009. Hal ini akan
menghasilkan paling tidak pengurangan 12,5 persen emisi GRK antropogenik
global, yang sudah hampir mencapai pengurangan seperti yang secara umum diharapkan
untuk dinegosiasikan di Kopenhagen.
Karena mendesaknya untuk
memperlambat perubahan iklim, kami percaya bahwa merekomendasikan perubahan
kepada industri secara langsung akan lebih efektif dibandingkan
merekomendasikan pemerintah untuk mengubah kebijakan yang belum tentu bisa
menghasikan perubahan pada industri. Hal ini benar meskipun industri dan
investor biasanya berhasil jika tanggap terhadap konsumen serta pemegang saham
dalam jangka pendek, sementara iklim hanya dipandang sebagai risiko jangka panjang.
Gas rumah kaca yang berkaitan erat dengan peternakan dapat diatur oleh
pemerintah dengan mengenakan pajak karbon. (walaupun ada tentangan dari
industri peternakan), dengan begitu para pemimpin dalam industri makanan dan
para investor akan mencari peluang lain dan pajak karbon dapat membantu
mewujudkannya. Kenyataannya, mereka mungkin akan mencari keuntungan dari
peluang semacam ini meskipun tidak ada pajak karbon, karena emisi GRK terkait
peternakan adalah risiko yang besar bagi industri makanan. Bencana iklim
diramalkan akan lebih besar mengancam pasar yang sudah ada, dan akibatnya akan
lebih membahayakan pasar yang sedang berkembang, di mana industri makanan
diramalkan akan mendapatkan pertumbuhan terbesarnya jika tidak ada bencana
tersebut.
SUMBER : www.worldwatch.org/ww/livestock
No comments:
Post a Comment