ADS

loading...

Sunday, April 29, 2018

PENGEMBANGAN PESTISIDA ALAMI (2)

Pestisida alami adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan (Botanical Pesticide), merupakan kearifan lokal masyarakat Indonesia, karena sejak jaman dahulu kala nenek moyang kita sudah memanfaatkannya untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati (Mega Biodiversity) kedua terbesar di dunia setelah Brazil, memiliki ribuan tanaman yang mengandung sifat pestisida yang dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan pestisida alami. Oleh karena itu, potensi Indonesia untuk mengembangkan pestisida alami yang dapat mensuplai kebutuhan dunia sangatlah besar, sehingga kegiatan-kegiatan penelitian untuk pengembangan pestisida alami sangatlah penting.

PENGEMBANGAN PESTISIDA ALAMI

Pada umumnya, pestisida alami diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Menurut FAO (1988) dan US EPA (2002), pestisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok pestisida biokimia karena mengandung biotoksin. Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami dapat mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik.
Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif, walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat melampaui 400.000. Grainge et al., 1984 dalam Sastrosiswojo (2002), melaporkan ada 1800 jenis tanaman yang mengandung pestisida nabati yang dapat digunakan untuk pengendalian hama.

Friday, April 20, 2018

PENCEMARAN AIR DI CHINA

China telah tercemar polusi air. Menurut SEPA, China mengalami kasuspolusi air setiap dua atau tiga hari. Pabrik-pabrik membuang limbah cair tanpadiolah terlebih dahulu ke sungai maupun danau. Pada tahun 2006 saja terdapat 30miliar ton limbah cair dibuang ke sungai Yangtze. Hal ini menjadikan sungaiYangtze tercemar sangat parah dan tidak layak untuk konsumsi.
Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar sebagai berikut:
   a)      Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan pembuangan sampah domestik, misalnya, sisa detergen mencemari air. Buangan industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat terakumulasi dan bersifat racun.
   b)      Sampah organik yang dibusukkan oleh bakteri menyebabkan O2 di airberkurang sehingga mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.
   c)      Fosfat hasil pembusukan bersama h03 dan pupuk pertanianterakumulasi dan menyebabkan eutrofikasi, yaitu penimbunan mineral yangmenyebabkan pertumbuhan yang cepat pada alga (blooming alga). Akibatnya,tanaman di dalam air tidak dapat berfotosintesis karena sinar matahari terhalang.

Tuesday, April 17, 2018

DEBU KUNING (YELLOW DUST) DI CHINA




            Polusi ini mempunyai banyak variasi penamaan seperti badai pasir, chog China, kabut asap, badai debu, dan lain sebagainya. Banyaknya variasi penamaan ini tidak terlepas dari tidak seragamnya penamaan polusi ini oleh sumber-sumber yang ada, namun demikian, semuanya merujuk pada polusi yang sama.

Saturday, April 7, 2018

LIMBAH PLASTIK JADI BAHAN ASPAL

Presiden Joko Widodo padasaat pertemuan G-20 telah menyampaikan komitmen Indonesia untuk mengurangi sampah plastik laut sebesar 70 % hingga tahun 2025. Sejalan dengan hal tersebut Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Penelitian danPengembangan (Balitbang) saat ini tengah mengembangkan pemanfaatan limbah plastik sebagai campuran aspal.
Para peneliti di Balitbang Kementerian PUPR telah cukup lama melakukan penelitian pemanfaatan limbah plastik sebagai campuran aspal. Pada akhir Juli lalu, telah dilaksanakan uji coba menggelar aspal plastik sepanjang 700 meter yang bertempat di Universitas Udayana, Bali. Kepala Balitbang Kementerian PUPR, Danis Hidayat Sumadilaga mengatakan pemanfaatan limbah plastik sebagai aspal tersebutmerupakan salah satu solusi bagi permasalahan sampah plastik. “Setiap 1 kilometer jalan dengan lebar 7 meter, membutuhkan campuran limbah plastik sebanyak 2,5 hingga 5 ton. Jadi bisa dibayangkan apabila hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan di Indonesia yang memiliki jalan ribuan kilometer,” tutur Danis yang ditemui di lokasi pengujian.